"Clava! Sini!" panggil Gevano agar Clava mendekati meja mereka di kantin.
"Hai, semua! Gue boleh makan disini?" tanya Clava ramah.
"Boleh dong, tapi sayangnya Gabriel ngga ada disini," goda Gabrian membuat Clava terkekeh.
"Oh, kemana dia? Belum selesai sama persiapan olimpiade?" Gavin pun tidak tau dimana keberadaan sahabatnya.
"Gue tadi liat dia di perpus sama cewe pas gue abis pinjem buku," sahut Clava.
"Cewe? Si indi mungkin, partner olimpiadenya setiap tahun," sahut Gavaro sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Indi?" ulang Clava.
"Indah Indira. Cewe paling pinter di jurusan IPA. Segala jenis olimpiade dia ikutin tuh!" sahut Gabrian.
"Iya, soalnya dia mau masuk fakultas kedokteran di luar negeri. Singapore deh kayanya, disana kan terkenal rumah sakit yang fasilitasnya bagus."
"Tau aja lo, anjir!"
"Lo kaya ngga tau si Gerald, semua tentang cewe cantik di sekolah juga dia tau!" seru Gevano yang mengetahui kebiasaan sahabatnya itu.
"Lah itu si Gabriel!" seru Gabrian menunjuk seseorang yang tengah berjalan menuju kantin bersama..
Cewe itu? Batin Clava.
"GAB! SINI!" panggil Gavaro berniat menyuruhnya untuk segera bergabung. Namun, Gabriel hanya melambaikan tangan lalu duduk bersama Indira.
"Ngga salah liat tuh dia makan sama Indi?" ucap Gavaro keheranan.
"Lo masih suka Gabriel ya, Cla? Mungkin mereka makan sambil bahas aljabar sama algoritma. Biasalah, si pintar matematika." ucap Gabrian memberi opini.
"Ngga masalah. Gue tau kok mereka lagi sibuk-sibuknya ngurus soal olimpiade. Gue balik kelas dulu ya?" Clava beranjak dari tempat duduknya.
"Loh, lo ngga jadi makan?" tanya Gavin.
"Ngga, gue makan nanti aja. Gue lupa kalo nanti kelas gue ada ulangan," Clava kemudian pergi setelah pamit kepada mereka semua.
"Kasian ya si Clava, walaupun mereka cuma partner olimpiade, tapi dia pasti cemburu."
"Sejak kapan Gabriel makan bareng Indi gitu? Perasaan tahun lalu mereka belajar bareng aja ngga pernah," sahut Gerald.
"Bener juga, tahun lalu mereka ngga deket-deket banget."
"Kita harus introgasi si Gabriel habis ini!!"
^^^
Clava lagi-lagi melihat Gabriel tengah berjalan bersama Indira. Bahkan mereka terlihat tertawa, entah apa yang membuat mereka tertawa, tapi yang pasti hal itu membuat sakit hati. Dengan ragu, gadis itu mencoba menghampiri kedua insan tersebut.
"Gabriel.."
"Clava? Ada apa?" Mereka berdua otomatis menghentikan langkahnya.
"Gue mau ngomong bentar sama lo, bisa? Oh atau gue ganggu kalian ya?"
"Ngga kok, kita juga ngga lagi bahas olimpiade. Gab, gue balik kelas dulu ya?" pamit Indira.
"Oke. Soal tadi bahas di telfon aja," ucap Gabriel dan gadis itu mengangguk sedangkan Clava kebingungan.
Telfon? Batin Clava.
"Ada apa, Cla? Mau ngomong dimana?"
"Malam ini bisa ketemu di danau tempat biasa kita ketemu dulu ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...