Camellia - 06. Si murid baru

28 2 0
                                    

      "Mau ke kantin, ngga?" tanya Gevano kepada semua sahabatnya itu. Jam kelas sudah selesai, sekarang waktunya mereka makan.

       "Jelas dong, gue belum sarapan. Ayo deh!" ajak Gavin riang kemudian merangkul Gevano. Gerald dan Gavaro pun juga berjalan beriringan. Sedangkan Gabriel dan Gabrian menyusul di belakangnya karna mereka harus merapikan buku-buku diatas meja.

       "Brian, ayo sekarang ke kantin keburu jam pelajarannya habis." ajak Gabriel dan Gabrian mengangguk. Mereka memang seperti anak kembar, dari nama dan wajah yang sama-sama tampan walaupun tidak ada kemiripan yang identik seperti anak kembar sungguhan.

       Hanya saja mata bulat dan tajam berwarna coklat, hidung mancung dan bibir merah muda alami. "Let's go!" ajak Gabrian kemudian merangkul Gabriel.

      "Brian, gue bawain makanan untuk lo. Gue yang masak sendiri, cobain ya?" tiba-tiba Daisy menghampiri Gabrian dan menyodorkan kotak nasi berwarna putih itu. Gabrian menatap itu dan bingung ingin menerima atau tidak.

      "Udah terima aja, rezeki tuh jangan dianggurin!" suruh Gabriel dengan nada meledek membuat Gabrian mendengus sebal.

       "Gab, gue juga bawain makanan. Tapi, ini dimasak sama nyokap gue. Gue belum bisa masak, tapi kalo udah jadi istri lo gue yakin gue masakin lo tiap hari," Alamanda juga menyodorkan kotak nasi dengan strip hitam ke Gabriel. Dan jangan lupa senyum menggodanya.

       Gabriel sontak membulatkan matanya, sekarang Gabrian yang menahan tawanya. "Ngga usah, Dai. Gue sekarang mau ke kantin, mending lo makan aja makanan itu." tolak Gabrian dengan halus kepada Daisy. Tampak gadis itu menampilkan wajah kecewa, namun senyumnya tak pernah luntur.

      "Hmm, gue juga. Lo makan aja, Al. Gue sekarang mau ke kantin, temen-temen udah nungguin. Kan kasian kalo makanannya ngga di habisin." balas Gabriel juga menolak. Walaupun Gabriel tau bagaimana sikap Alamanda yang suka menggodanya, tapi ia tau cara menyikapi perempuan tanpa menyinggung perasaannya.

       "Gab, lo masa tega sih kalo nolak rezeki kaya gini? Udah ambil aja," Alamanda kemudian menaruh kotak nasi tersebut diatas tangan Gabriel.

       "Kalo lo ngga mau juga ngga papa kok, gue ngga masalah," ucap Daisy tidak mempermasalahkan penolakan Gabrian. Berbanding terbalik dengan Alamanda, tetapi Daisy memilih tidak mempermasalahkan itu. Walaupun tidak dipungkiri ia kecewa.

       "Brian, lo masa tega sih nolak? Daisy masak pagi-pagi banget loh cuma untuk lo. Bahkan dia bawa dua kotak, satunya untuk dia dan satunya untuk lo. Lagi pula rezeki ngga boleh ditolak, kalo lo ngga mau makan sekarang juga ngga papa. Asalkan lo nerima!" cerocos Alamanda.

       Daisy memberi kode agar Alamanda tidak perlu memaksa Gabrian seperti itu. Gabrian yang tidak tega pun mengambil kotak nasi tersebut dari tangan Daisy. "Oke gue ambil, makasih ya. Tapi, besok-besok lo ngga perlu repot kaya gini. Kita cabut duluan,"

       Gabrian melemparkan senyumnya kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua. "Makasih, Al. Gue duluan," Gabriel juga mengucapkan terima kasih sebelum melenggang meninggalkan mereka berdua yang sudah tersenyum senang karna pemberiannya diambil oleh sang pujaan hati.

      "OMG! Akhirnya makanan nyokap gue diambil juga, mana disenyumin lagi. Udah hampir 5 tahun satu sekolah bareng dia, masih aja bikin gue deg-degan. Gabriel, kamu udah merebut hati Alamanda," cerocos Alamanda dengan wajah berbinar.

      Daisy juga senang tapi tidak seheboh Alamanda. Pembawaannya tenang, "Al, lain kali ngga usah maksa Gabrian kaya gitu. Gue jadi ngga enak juga, walaupun dia ngga nerima gue ngga papa kok. Makanan itu kan bisa gue kasih Kelvin atau Reska, kan? Yang penting ngga dibuang."

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang