21. Telepon Pertama

30.9K 2.6K 37
                                    

Bayangmu selalu nyata walau ragamu tidak di dekatku.

-Rembulan Aldera-

***

Bulan tidak melihat Aksara di antara teman-temannya. Biasanya pria itu akan selalu berjalan paling depan diiringi serombongan pria di belakangnya. Namun hari ini Ray yang berada pada posisi itu. Berjalan paling depan.

Bulan membawa sebuah paperbag kecil di tangannya. Isinya adalah kue kering yang sengaja Bulan siapkan untuk Aksara. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menemani Bulan pulang kemarin.

Bulan mengurungkan niatnya untuk memberikan pada Aksara sekarang. Nanti saja saat istirahat. Bulan berjalan ke kelasnya seraya bersenandung ria. Bulan tersenyum mengingat kejadian kemarin. Saat Aksara mengatakan sayang padanya, maupun saat Aksara menemaninya pulang. Bulan mesem-mesem sendiri. Setiap mengingat Aksara rasanya jantung Bulan selalu berdegub cepat.

"Hayo mikirin apa senyum-senyum sendiri?"

Bulan terpekik kaget mendengar suara itu. Bulan menoleh dengan kaki yang tetap melangkah. "Ih Gio! Ngagetin Bulan aja!"

Gio terkekeh pelan. "Abis gue panggil nggak nyaut-nyaut. Mana senyum-senyum sendiri lagi. Mikirin apa sih?"

"Kepo deh Gio."

"Enggak boleh tau nih gue?"

"Enggak. Ini rahasia soalnya."

Gio mengangguk-ngangguk. "Rahasia tentang apa?"

"Aksara," jawab Bulan polos.

"Oh jadi lo mikirin Aksara dari tadi?"

Bulan langsung membungkam mulutnya. Padahal tadi dia bilang rahasia. Namun malah dia sendiri yang mengatakannya. Tapi ini semua karena pancingan dari Gio. Kalau Gio tidak memancing, Bulan tidak mungkin keceplosan.

"Gio mah! Bulan kan bilang rahasia. Kenapa Gio malah nanya?" Bulan menggembungkan pipinya. Pura-pura merajuk.

"Loh? Harusnya kalau rahasia, lo nggak usah jawab kalau gue nanya."

"Kok jadi salah Bulan? Orang salahnya Gio."

"Salah lo lah. Masa gue?"

Gio langsung lari saat Bulan ingin membalas ucapannya. Bulan mengejarnya. Alhasil berakhirlah mereka bermain kejar-kejaran sampai di depan kelas Bulan.

Bulan mengatur napasnya yang pendek-pendek. Ngos-ngosan karena berlari dari lantai satu sampai lantai tiga.

"Ngapin ngejar gue?" tanya Gio.

"Gio kabur sebelum Bulan selesai ngomong. Ya udah Bulan kejar."

"Emang lo mau ngomong apa?"

"Bulan mau ngomong yang salah itu Gio. Bukan Bulan. Kalau Gio nggak nanya, Bulan nggak bakal jawab."

Gio tersenyum kecil. Ia memandang wajah merah gadis di hadapannya. Bulan sangat menggemaskan di saat seperti ini. Gadis ini terlihat di depan mata, namun sulit untuk digapai. Sekarang semakin menjadi sulit mengingat dia sudah berpemilik.

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang