13. Curiga

33.7K 3K 142
                                    

Jatuh bangun bersama. Susah senang bersama. Itulah gunanya teman.

-Aksara Archernar-

***

"Jadi itu bajunya Aksa?" Ketiga teman Bulan terkejut melihat kaos hitam yang Bulan pakai. Lebih terkejutnya lagi saat tahu baju itu milik Aksara.

Bulan mengangguk. "Iya, ini baju Aksara. Aksara pinjemin buat Bulan."

Aksara benar. Dengan alasan kaos olahraganya basah, Bulan jadi tidak kena hukum. Kata Pak Bhari yang penting pakai kaos.

"Bulan baru tau ternyata Aksara baik," kata Bulan.

"Baru tau?" Shafa membelalakan matanya. "Dari kemaren dia udah nolongin lo, Lan. Lo baru sadar Aksara baik, hah?"

Bulan berpikir. Benar juga. Aksara sudah banyak menolong Bulan. Pikiran Bulan tiba-tiba buyar saat mendengar teriakan dari tengah lapagan.

"Baris yang benar!"

Aksara, Ray, Kevin, Vian, Figo, Doel, dan Horas diseret ke tengah lapangan. Mereka mendadak menjadi tontonan satu sekolah SMA Cahaya. Mereka disuruh berbaris bersampingan.

"Baru dua minggu masuk sekolah kalian sudah buat banyak ulah!" Bu Wiwin menolak pinggangnya di depan ketujuh pria itu. Bu Wiwin menggeleng. Harus dengan cara apa lagi dia mengurus anak muridnya ini.

"Kalian lihat kakak kelas kalian!" Bu Wiwin berteriak ke pinggir lapangan. Menunjuk Aksara dan teman-temannya. "Mentang-mentang jam kosong. Bolos dan merokok di belakang sekolah."

Bu Wiwin sengaja menyuruh mereka berbaris di tengah lapangan saat istirahat. Sengaja untuk membuat mereka malu di depan seluruh siswa. Ini juga sebagai pelajaran agar mereka tidak berbuat salah lagi.

Bu Wiwin berjalan ke depan Aksara. Guru berbadan besar dan berkacamata itu menghela napasnya. "Aksara, padahal kamu itu pintar. Kamu sering jadi perwakilan sekolah untuk olimpiade. Tapi kenapa kamu memilih pergaulan yang salah?"

"Pergaulan saya gak salah, bu. Saya seneng temenan sama temen-temen saya. Dalam pertemanan gak boleh milih-milih. Itu kan yang selalu di ajarin di sekolah?"

"Memang tidak boleh memilih. Tapi kamu harus menyeleksinya. Baik buruknya kamu harus tau. Jangan asal dalam berteman. Berantam, bolos, merokok. Memangnya itu apa kalau bukan salah pergaulan? Dan lagi kamu menjadi ketua geng gak jelas seperti itu."

"Quarlesi itu keluarga saya di sekolah. Selama saya dan temen-temen saya gak narkoba atau melakukan hal-hal di luar batas, ya gak pa-pa," jawab Aksara. "Ibu kayak gak pernah muda aja. Pas ibu SMA dulu pasti ada anak-anak kayak kita juga."

"AKSARA! KAMU TUH KENAPA SIH JAWAB MULU KALAU SAYA BILANGIN! DIEM AJA GAK BISA?!"

Aksara diam setelah di bentak. Banyak yang tidak tahu soal dirinya dan Quarlesi. Mereka hanya menganggap Quarlesi sebagai geng pembuat masalah.

Pernah sekali Quarlesi melindungi sekolahnya dari pembajakan bis saat mereka melakukan pariwisata. Sampai-sampai ada beberapa anak Quarlesi yang terluka akibatnya. Tak jarang pula Quarlesi selalu menjadi penjaga keamanan saat ada acara-acara sekolah. Namun semua seakan tidak ada artinya di mata mereka.

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang