27. Gelang

29.6K 2.5K 102
                                        

Darinya aku belajar tentang hidup tidak selalu bahagia karena hal besar. Bahagia bukan tentang seberapa besar nilai sesuatu yang didapat. Tetapi tentang siapa yang memberikan.

***

"Burung gelatik burung kenari,
Neng Bulan yang paling cantik di mari."

Tak butuh waktu lama, Doel langsung kena tempelengan dari Aksara. Aksara menatap Doel tajam, menandakan ia tidak suka ucapan Doel. Sementara Bulan, gadis itu senyum-senyum dibilang paling cantik. Iyalah paling cantik, orang dia cewek sendiri di Warma.

"Apa Bulan-Bulan?" tanya Aksara sewot.

Doel mengusap kepalanya sambil tertawa. "Gue bercanda, Sa. Tempelengnya beneran nih."

"Biasanya pala gue yang sering jadi sasaran. Sekarang lo." Figo tertawa.

"Abis lo nyari masalah sih. Udah tau Aksa di depan mata. Masih aja berani godain Bulan," sahut Vian yang sedang duduk di sofa dengan sepiring makanan di tangannya.

"Kalau mau godain tuh dari belakang," ucap Vian lagi.

"Jangan sampai gue suruh lo pilih rumah sakit atau kuburan," ancam Aksara. Vian terkekeh.

"INI CELEMEK SAILOR MOON SIAPA ANJIR?" Ray mengangkat tinggi-tinggi sebuah kain berwarna pink dengan gambar gadis anime berambut kuning. Suara Ray membuat semua yang ada di ruang kumpul memperhatikannya.

"Eh buset jantan amat warnanya," ucap Figo. "Punya lo bu bos?"

Bulan menggeleng.

"Pinky boy," imbuh Ray. "Punya siapa nih? Ngaku nggak?"

"Punya gue, bangsat." Horas merebut kain itu dari tangan Ray. Ia langsung memasukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Awalnya ia tidak sadar, tapi setelah memperhatikan baik-baik motif kain itu, Horas sadar itu punya adiknya.

"Gila lo, Ras. Nggak nyangka gue elo demen yang pink-pink begitu," ucap Doel.

"Apanya pink?" tanya Vian ambigu.

"Celemeknya, anjir!" ujar Doel.

"Lo ngapain bawa celemek ke Warma?" tanya Ray.

"Ini bukan celemek!" kesal Horas. Memang dosa besar dia sampai bisa punya teman sebodoh itu. Masa bedain celemek sama sapu tangan aja nggak bisa?

"Ini tuh sapu tangan adek cewek gue yang paling kecil. Kebawa kayaknya gara-gara kemarin dia mainin tas gue," ucap Horas.

Ray menampakkan wajah tidak percaya. "Ah masa sih? Punya lo kan? Ngaku aja." Ray menaik turunkan alisnya menggoda Horas.

"Ternyata muka-muka garang kayak lo sukanya nonton sailor moon."

Horas bungkam. Tiba-tiba ia menjadi gugup. Horas sering menonton sailor moon karena menemani adiknya. Sangking seringnya nonton, Horas jadi suka dengan kartun itu. Namun tidak ada satupun teman-temannya yang tahu. Bisa-bisa kalau mereka tahu Horas akan diledek habis-habisan.

"Sailor moon cantik tau," celetuk Bulan. "Bulan suka sailor moon."

"Bener tuh. Bu bos aja suka," ucap Horas langsung setelah Bulan selesai bicara. Akhirnya ada juga yang ngerti perasaannya.

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang