46. Menolak

19.1K 2.1K 217
                                    

Jatuh cinta denganmu memang sulit. Karena aku harus menyiapkan dinding pertahanan untuk mendengar semua perbedaan kita.


-Rembulan Aldera-

***

"Ceilah, si bos lagi galau nih ye?" Doel menaik-turunkan alisnya pada Aksara.

"Gimana gak galau? Ceweknya ditembak orang lain, bro. HAHAHAHA!" tawa Ray.

"HAHAHA. Lagi ngambek dia sama ceweknya. HAHAHAHA!" ujar Figo.

"HAHAHAHA. Sumpah ngakak banget. Si Gio juga bisa-bisanya nembak cewek yang udah punya pacar," ucap Vian.

"Sebelum jalur kuning melengkung, masih bisa ditikung. HAHAHAHAHA!" seru Horas.

"Lucu?" tanya Aksara datar.

Bukannya takut dengan lirikan tajam Aksara, teman-temannya malah tertawa tambah kencang. "Lucu lah! Pake nanya! HAHAHAHA!"

"Nih denger, ya, Sa, ya. Lo jangan ngambekin si Bulan. Ntar taunya dia milih Gio aja baru tau rasa lo," sambung Ray.

"Bener tuh." Horas menyetujui ucapan Ray. "Harusnya lo sekarang ngomong baik-baik sama Bulan, bukan malah lo ambekin begini."

"Ntar lo tiba-tiba putus dengan alasan diduain. Mecahin recor terbaru. HAHAHAHA!" pekik Doel.

"Gak level banget, Sa. HAHAHAHA!" seru Vian. "Hot news! Ketua Quarlesi diputuskan dengan alasan diduakan. Simak berita selanjutnya," ucap Vian ala-ala jurnalistik berita.

"Denis kalau gak salah anak jurnalistik kan? Boleh tuh suruh tempel berita di mading. Dijamin heboh," saran Figo.

"Diem!" sergah Aksara.

"Ya elah si bapak. Jangan marah-marah kali ah," ucap Doel.

"Gimana gue gak marah? Dia enggak bisa nolak cowok itu. Itu artinya apa kalau bukan suka?" ucap Aksara. 

"Lo jangan buru-buru ambil kesimpulan. Lo tau sendiri cewek lo kayak apa. Disogok permen juga dia kepancing," ucap Ray. Ray mengambil air minun Figo. "Bagi."

"Enggak! Air gue sisa dikit," ujar Figo. Figo mendengus. Tidak diizinkan juga tetap saja diminum. Lalu untuk apa Ray izin?

"Disogok permen? Kayak mau nyulik bocah aja," ucap Doel.

"Abis disogok permen biasanya sih langsung dibekap. Abis itu masukin ke mobil. Gue liat di tipi tipi sih begitu," ucap Vian.

"Eh noh Bulan, Sa. Loh kok jalan sama Gio? Eh itu mau ngapain kok belok di lorong sepi? Eh ilang. Wah wah kemana tuh? Waduh jangan-jangan mau berduaan. EH TUNGGU! JANGAN-JANGAN MAU DIBEKAP! Terus dibawa pulang. Cepet samperin, Sa. Keburu berita lo putus karena diduain tertempel indah di mading." Doel heboh, memanas-manasi.

Aksara melirik ke luar jendela kelas. Ada Bulan dan Gio yang baru saja lewat. Tangan Aksara terkepal kuat ketika melihat Bulan tersenyum pada Gio. Aksara tidak suka senyum itu diperlihatkan untuk orang lain selain dirinya.

"Udah gak usah pakai sok-sok ngambek. Samperin sana, Sa," ucap Vian.

"Males," balas Aksara.

"Males, males, tapi hatinya mau," ujar Horas.

"Males pangkal jomblo," ucap Figo.

"Oh pantes selama ini lo semua pada jomblo. Orang pada males," ucap Ray.

"Emang lo laku?" tanya Vian.

"Ya kagak. Kalau lo sendiri?"

"Kagak juga," balas Vian. Ray dan Vian lalu tertawa, meratapi nasib mereka yang tidak punya pacar. Ganteng doang, kagak laku.

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang