03. Pembalasan

49.6K 4K 61
                                    

Gue akan buat lo menyesal udah ngomong kayak gitu.

-Aksara Archernar-

***

Bulan menghentakan kakinya. Di tangannya ada sebuah kertas ulangan matematika dengan nilai satu. Rasanya Bulan ingin merobek kertas itu. Tapi urung di lakukan mengingat Bulan membutuhkan kertas itu untuk menjalani remedial.

Bulan berjalan di lorong sambil menggerutu. Pikirannya sedang berimajinasi untuk kembali ke masa lalu. Ia ingin menemui siapa pencipta pelajaran matematika. Kenapa orang itu menggabungkan angka dan huruf untuk sekedar mencari angka kembali? Kenapa pula orang itu memberi jutaan rumus untuk dipelajari? Padahalkan tidak semua rumus digunakan dalam kehidupan.

Matanya tak sengaja melihat Aksara yang berjalan ke arah ruang ganti. Pria itu membawa bola voli di tangannya. AHA! Ini saat yang tepat untuk membalas perbuatan Aksara kemarin. Bulan diam-diam mengikutinya.

Sampainya di ruang ganti, Aksara meletakkan bola voli itu di meja. Ia membelakangi meja itu, membuka loker untuk mengambil bajunya. Bulan melangkah perlahan mengambil bola itu agar tidak ketahuan. Kalau bola itu hilang, sudah pasti Aksara akan di marahi.

Dan berhasil, Bulan mendapatkan bola itu. Tapi seketika itu juga, Aksara menoleh. Bulan langsung mengumpat di samping loker. Sial! Kertas ulangannya jatuh. Bulan tidak sempat lagi mengambilnya.

Bulan mengumpat cukup lama tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Aksara menyadari keberadaannya. Bulan menghela napas lega. Ya, baguslah. Bulan mengintip untuk memastikannya. Aksara tidak ada. Kemana dia? Apa Aksara sudah pergi? Sepertinya ia tidak merasa ada orang yang pergi.

Sudahlah itu tidak penting.  Yang terpenting bola itu sudah ada di tangannya, dan sekarang Bulan harus mencari kertas ulangannya. Bulan melihat setiap sisi di lantai. Namun, ia tidak menemukan apa-apa. Bulan mencari terus.

"Jatoh dimana ya?" tanya Bulan pasa dirinya.

"Nyari ini?"

Bulan tersentak kaget. Aksara masih ada di sini? Bulan langsung menyembunyikan bola itu di belakangnya. Kertas ulangan Bulan ada di Aksara 

"A-aksara kok di sini? Bukannya tadi udah nggak ada?"

"Daritadi gue di sini."

"Aksara balikin kertas ulangan Bulan."

"Ambil sendiri, penguntit," ucap Aksara yang menekankan kata 'penguntit'.

"Ih Aksara! Bulan bukan penguntit!" Bulan mengernyitkan dahinya.

"Lo kira gue gak tau daritadi lo ngikutin gue?"

Bulan terdiam seketika. Kok Aksara tau?

"N-nggak kok. Bulan nggak ikutin Aksara," kilah Bulan cepat.

"Mana bola gue?" tanya Aksara.

"Bola apa? Bulan nggak ambil bola voli Aksara." Bulan menjawab tanpa melihat mata Aksara.

"Gue cuma bilang bola. Kenapa lo tau bola voli?"

Skakmat! Bulan tidak bisa menjawab lagi. Sarafnya sedang berkerja keras menggeledah seluruh isi otaknya. "Aa...Hmm...Oh! Bulan cuma nebak, Aksara." Bulan menyengir lebar pada Aksara.

"Kalau gitu gue mau liat yang di belakang lo." Aksara mendekat ke Bulan.

Bulan memanjangkan tangannya, menahan Aksara agar tidak mendekat. "Aksara jangan deket-deket. Yang di belakang Bulan cuma....cu...maa..oh! Cuma buku."

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang