22. Keliru

28.7K 2.6K 73
                                    

Aku bisa menunggu. Asal dikasih kepastian.

-Rembulan Aldera-

***

Matahari ditutupi sebagian awan siang ini. Hari tidak secerah biasanya. Sama seperti Bulan yang tengah berdiri di balkon sambil mengisap permen. Permen-permen yang diberi Aksara hanya tersisa sedikit, padahal tenggat waktu yang Aksara berikan masih lama.

Bulan mengabiskan sisa waktu istirahatnya untuk mengamati anak-anak kelas sepuluh yang bermain bola di lapangan. Bulan jadi ingat, belakangan ini ia diam-diam suka mengamati Aksara saat jam pelajaran olahraga di kelas pria itu. Bulan pura-pura izin ke toilet, kemudian mengamati Aksara dari balkon dekat kelasnya.

Bulan menghela napasnya. Tiga hari tidak melihat Aksara membuat semangatnya hilang. Bulan sering menghubungi Aksara tetapi balasannya seperti biasa. Singkat, padat, tidak jelas. Sangat tidak jelas hingga tak jarang Bulan mencak-mencak sendiri.

Bel masuk memaksa Bulan akhirnya melangkah menuju kelasnya. Bulan membuang batang permennya yang sudah habis. Untung saja setelah ini pelajaran agama. Jadi tidak membuat otak pas-pasannya ini gila. Sudah gila karena Aksara, ya kali gila lagi karena pelajaran.

"Lan. Bulan."

Bulan berhenti dan menoleh. Gio menghampirinya lalu berdiri tepat di depannya.

"Gue ada sesuatu nih buat lo."

"Apa?" tanya Bulan penasaran.

Gio merogoh sesuatu dari saku celana abu-abunya. "Gue kemaren liat ini pas nemenin nyokap gue ke mall."

Bulan menerima ikat rambut berwarna putih dengan pita berbentuk bulan sabit sebagai hiasannya. "Wah! Lucu banget. Ini buat Bulan?"

"Iya. Gue keinget lo pas liat ikat rambut ini."

"Gio beli di mall mana?"

"Ada deh."

"Ih Gio pelit gak mau kasih tau Bulan. Bulan kan nanti mau beli."

Gio terkekeh. "Lo mau lagi? Ntar gue beliin lagi."

"Nggak mau ah. Bulan mau beli sendiri aja. Gio nggak usah kasih lagi," ucap Bulan tidak enak.

"Kalau gitu besok gue ajak lo ke sana gimana? Lo bisa pilih sendiri. Banyak variannya," kata Gio. "Kemaren aja gue sampai bingung mau beliin yang mana. Akhirnya gue beliin yang bulan sabit karena gue tau lo suka bulan sabit."

"Gio tau aja Bulan suka bulan sabit."

"Lo pernah bilang sendiri sama gue pas kelas sepuluh."

Bulan tersenyum. Dia lupa pernah mengatakan itu sebelumnya. Sudah lama tapi Gio masih ingat. Namun tak berapa lama senyumannya luntur.

"Kenapa, Lan?" Gio menyadari raut wajah Bulan berubah sedih.

"Coba aja Aksara begini," gumam Bulan kecil.

"Aksa?" tanya Gio.

Bulan mengangguk. Saat Bulan meminta Aksara membelikannya oleh-oleh, Aksara menolak. Saat Bulan meminta Aksara mengajaknya jalan-jalan, Aksara juga menolak. Tapi kenapa ada pria lain yang justru melakukan keduanya untuk Bulan? Kenapa harus pria lain? Kenapa bukan Aksara?

"Lo masih mikirin Aksa?" tanya Gio.

"Bulan kepikiran terus sama Aksara. Gimana kalau di sana Aksara macem-macem sama Jenny? Gimana kalau di sana Aksara pegang-pegangan sama Jenny? Gimana kalau di sana Aksara pacaran sama Jenny?"

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang