Quarlesi harga mati.
-Aksara Archernar-
***
"WOII ! BARIS YANG BENER!"
Lapangan SMA Cahaya sedang ramai ramainya. Serombongan murid lelaki berjaket hitam dengan lambang perisai bersayap disebelah kirinya memenuhi lapangan. Menarik perhatian seluruh murid yang ada di pinggir lapangan.
"BARIS WOI! COWOK KOK TAKUT PANAS!" Figo berteriak kencang.
Satu sosok pria dengan bandana merah di kepalanya berdiri paling depan. Tepatnya di hadapan murid murid kelas sepuluh yang mencalonkan diri sebagai anggota baru Quarlesi.
Aksara, ketua geng besar sekolah itu melangkah maju, mulai menjelajahi setiap barisan. Postur tubuh tegap, mata yang tajam, rahang yang tegas. Membuat pria itu terkesan berwibawa.
Iris matanya berkeliling mengamati wajah wajah yang asing baginya. Jumlahnya di luar perkiraan. Aksara tersenyum miring. Ia yakin sebagian dari mereka hanya menganggap Quarlesi sebagai tempat untuk mencari sensasi.
Aksara berhenti di tengah tengah. "Lo." Aksara menunjuk salah satu adik kelasnya. "Keluar!"
Murid lelaki itu diam, tak bergerak sedikit pun. Ia tidak berani melihat Aksara. Begitu pula dengan murid-murid yang lain. Mereka takut untuk menoleh, padahal mereka penasaran dengan siapa yang Aksara maksud.
"Lo gak punya kuping? KELUAR!" Aksara menyeretnya keluar dari barisan. Aksara pandai menilai orang hanya dengan melihatnya. Aksara yakin murid itu punya tujuan tertentu untuk masuk Quarlesi.
Peluh sudah membasahi dahi murid-murid itu. Matahari bersinar sangat terik, padahal hari belum terlalu siang. Aksara berjalan kembali ke depan. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana abu-abunya.
Aksara menyapu pandangannya ke seluruh murid di depannya. Kemudian ia melirik ke arah Ray. Ray dengan sigap memberi Aksara sebuah balok kayu besar. Aksara bisa melihat wajah ketakutan seluruh adik kelasnya itu. Ia mengangkat baloknya, mendorong kecil bagian dada salah satu diantaranya.
"Lo maju sini."
Murid berkacamata bulat itu menunduk kaku. Ia ketakutan dengan Aksara yang mendekat padanya. Aksara meletakkan ujung balok kayunya di pundak murid itu. "Lo gak denger gue suruh apa?"
"De-denger, kak."
"Maju sini. Punya kaki gak lo?"
Tak ada jawaban keluar dari mulutnya. Aksara tersenyum sinis. "Modelan kayak lo yakin mau masuk Quarlesi? Di suruh maju aja gak berani. Keluar lo!"
Murid itu langsung keluar dari barisan. Ia tau mungkin tidak ada alasan yang tepat untuknya masuk ke Quarlesi. Ia lebih suka membaca buku ketimbang bersosialisasi.
Tak butuh waktu lama, Aksara menunjuk satu orang lagi. Aksara sedikit tertarik dengannya. Daritadi hanya dia yang berani mengangkat kepalanya dan mengikuti arah kemana Aksara pergi.
"Maju lo."
***
"Shafa tungguin donggg. Bulan belom selesai pake sepatu nih," teriak seorang gadis sembari membenarkan tali sepatunya, Rembulan, atau yang biasanya di panggil Bulan.
Bulan buru-buru mengerjar Shafa dengan satu tangannya yang masih memegang sebelah sepatunya. Lampu di sekitaran lorong ruang tari mati. Gadis itu takut kegelapan. "Shafa! Ih Shafa tunggu dong!"

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (PRE-ORDER)
Romance[PEMESANAN NOVEL BISA MELALUI SHOPEE ANDROBOOKS] Rembulan Aldera. Bernasib sial karena harus berurusan dengan ketua geng sekolahnya, Aksara Archernar. Karena kesalahannya melempar Aksara dengan sepatu, membuatnya harus menanggung malu akibat perbuat...