39. Kangen

28.8K 2.5K 219
                                        

Akan ada saat di mana kamu kalah dengan logikamu dan kamu akan mengaku bahwa kamu mencintainya.

-Aksara Archernar-

***

"Jakarta-Cilacap Jakarta-Cilacap. Nyok-nyok naik nyok." Doel bergelantungan di pintu bus nomor 7. Ia memukul-mukul atap bus, melambai-lambaikan tangan ke anak-anak, mirip kenek sopir yang menarik para penumpang. Kedelapan bus SMA Cahaya sedang berhenti untuk makan siang. Sebentar lagi mereka akan melanjutkan perjalanan.

"Nyok naik! Gratis tis tis tis! Dijamin sampai tujuan dengan selamat! Kalau gak selamat ya bukan salah gue. Berarti emang udah ajalnya! ujar Doel.

"Turun lo," usir Kevin. Bus yang Doel naiki itu bus nomor 7 yang hanya ditempati oleh Kevin sendiri sebagai inti Quarlesi. Doel ada di bus nomor 2.

Doel tak memedulikan Kevin yang ada di depannya. Ia tetap memukul atap bus sambil bergelantungan dan berteriak memanggil anak-anak masuk. "Jakarta-Cilacap cepet masuk! Nanti ketinggalan bus. Ayo! Ayo! Masuk!"

"Doel, lo mirip monyet anjir gelantungan begitu," ucap Vian. Di tangannya ada sebuah sterofom kecil berisi puding sisa dessert makan siang yang tak sanggup ia habiskan karena selama perjalanan ia sibuk mengemil bersama Horas di bus nomor 4. Tentunya Vian tak mau rugi. Ia tetap harus mengambil bagiannya walaupun sudah kenyang.

Doel yang tak terima pun mengangkat dagunya sambil menaikan kedua lengan bajunya. Doel menatap Vian tajam. Oke, perang sengit akan dimulai.

"Mau gue keluarin apa dulu nih? Chidori? Raiki? Kirin? Atau apa? Cepet sebut. Gue udah siap nih," ujar Doel seraya bersiap membentuk segel asal dari kedua tangannya.

"Oh nantangin gue lo? Oke! Gue keluarin rasenshuriken mampus lo!" balas Vian tak kalah sinis.

Mereka berdua saling menatap sengit. Sementara itu kelima temannya hanya diam melihat keanehan mereka. Doel melompat turun dari bus. Kesempatan bagus itu dimanfaatkan Kevin untuk masuk dan menutup pintu bus bagian depan.

"DOELLLLLLL!"

"VIANNNNNN!"

"DOELLLLLLL!"

"VIANNNNNN!"

"DOELLLLLLL!"

"VIANNNNNN!"

Keduanya saling memanggil sahut-sahutan dengan nada 'Sasukeeeee! Narutoooo! Sasukeeeee! Narutoooo!'

"Kenapa jadi cosplay naruto sih?" tanya Ray heran.

"Gak waras temen lo," ujar Horas.

"Ikut ah jadi Sakura," ucap Figo.

Aksara menghela napasnya. Bisakah sehari saja ia ada di lingkungan orang waras? Bahkan satu-satunya orang yang waras--Kevin-- meninggalkannya. Lama-lama Aksara bisa ikut tidak waras jika begini.

"RASENGAN!"

"CHIDORI!"

"HIYAKKKKK!" teriak kedua Doel dan Vian bersamaan. Mereka berlari maju satu sama lain. Setelah mereka bertemu di tengah, keduanya malah menyerang dengan kelitik-kelitikan.

Aksara mendesah berat. Ia melirik kanan dan kiri. Betapa kagetnya ketika ia melihat pandangan orang-orang di sekitar tertuju pada mereka. Mereka bukan ada di sekolah yang jika mereka melakukan hal aneh masih bisa dimaklumi, tetapi ini di tempat umum. Aksara menggeram pelan. Ia lalu pergi begitu saja tanpa peduli pertarungan Doel dan Vian. Ia tak mau terlibat kekonyolan teman-temannya. Cukup selama perjalanan ia menghadapi Bulan. Jangan tambahkannya pekerjaan untuk mengurus teman-temannya lagi.

AKSARA (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang