Kamu membuatku mengenal cinta, namun kamu juga yang membuatku tidak percaya lagi pada cinta.
-Aksara Archernar-
***
Pukul tiga subuh, Aksara baru pulang setelah dari tempat hiburan malam. Aksara menghempaskan dirinya ke kasur tanpa melepaskan jaket dan sepatunya. Aksara memejamkan matanya, membiarkan pikirannya berhenti bekerja sejenak.
Aksara membuka matanya. Pandangannya tepat tertuju pada sebuah bingkai coklat tua yang berdiri di meja belajarnya. Aksara bangkit lalu berpindah duduk di kursi belajar. Aksara mengambil bingkai foto itu.
Foto dua orang bocah laki-laki, yang satu tampak bahagia, dan yang satu tampak pucat.
Dua belas tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Aksara masih ingat jelas. Bagaimana kejadian itu merenggut semua kebahagiaan Aksara. Bagaimana kejadian itu memberikan masa kecil yang kelam untuk Aksara. Bagaimana kejadian itu membuat Aksara memiliki hati sekeras batu sampai sekarang.
Aksara sedikit mendongak, melihat satu bingkai besar yang terpampang di salah satu sisi tembok kamar Aksara. Bingkai hitam berisi empat orang yang sedang tersenyum.
Andai mereka masih ada di sini.
Pandangan Aksara kembali pada bingkai coklat tua di tangannya. Aksara mengusap foto bocah laki-laki yang tampak pucat itu. "Bang, lo bilang kalau nanti kita udah besar, kita harus jagain mama sama papa kan? Kita bagi tugas sekarang. Tugas lo jagain mama papa di sana, tugas gue di sini cari di mana kakek sembunyiin makam mama, papa, dan lo."
Aksara meletakan bingkai itu. Melepas jaket dan sepatunya. Tinggal di rumah besar tanpa penghuni, tentunya membuat Aksara kesepian.
***
Bulan melangkahkan kakinya memasuki area sekolah. Sebelah tangannya membenarkan dasinya yang sedikit miring. Gadis dengan jepit rambut khas bulannya itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
"Hai, Gio." Bulan menyapa balik.
"Nggak ke kelas?"
"Iya, ini Bulan mau ke kelas."
"Ohh gitu. Ayo bareng," ajak Gio.
"Kelas kita kan beda lantai, Gio."
"Gue ke kelas juga harus lewat lantai kelas lo. Jadi sama aja. Ayo."
Bulan mengangguk menyetujuinya. Tapi sebelum berjalan, Gio meraih kerah seragam Bulan. Bulan sedikit mundur, terkejut dengan perlakuan Gio. Gio mengeluarkan ujung kerah seragam Bulan yang terselip di dasi.
Namanya Giolean Baskara. Salah satu most wanted SMA Cahaya. Gio cukup populer di kalangan siswi-siswi. Belum lagi statusnya sebagai mantan ketua OSIS. Membuatnya semakin dikenal.
Namun meski begitu, Gio jarang menjadi trending topic pembicaraan SMA Cahaya, yang kebanyakan berisi berita tentang Quarlesi. Kepopulerannya di kalangan sekolah berada jauh di bawah Quarlesi. Quarlesi dengan mudah bisa menggeser kepopulerannya. Apalagi sang ketua.
"Udah," kata Gio setelah membenarkannya.
"Makasih, Gio."
Bulan dan Gio melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti. Kelas Bulan di dua belas IPS 5 dan Kelas Gio di dua belas MIPA 6. Beda lantai, beda jalan, dan juga beda posisi. Kelas Bulan ada pada lantai tiga di sudut paling kanan. Sedangkan kelas Gio berada di tengah-tengah lantai empat.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (PRE-ORDER)
Romance[PEMESANAN NOVEL BISA MELALUI SHOPEE ANDROBOOKS] Rembulan Aldera. Bernasib sial karena harus berurusan dengan ketua geng sekolahnya, Aksara Archernar. Karena kesalahannya melempar Aksara dengan sepatu, membuatnya harus menanggung malu akibat perbuat...