Tiga puluh tujuh

28.5K 3.1K 129
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh Jeje, Bukan karna hari ini adalah hari pernikahan bang Rifan namun tentang jawaban atas pertanyaan mengapa bang Rifan dan keluarga nya yang lain tidak memberi taunya tentang acara yang sangat spesial ini.

Dengan langkah malas Jeje memasuki lokasi acara tersebut bersama Pak Bayu, Jeje menggunakan kebaya yang motif nya sama dengan yang di pakai Pak Bayu begitu pula dengan motif baju keluarganya.

"Kamu sariawan?" ucap Bak Bayu menatap aneh Jeje.

"Siapa?" ucap Jeje

"Kamu" ucap Pak Bayu

"Saya pak?" ucap Jeje menunjuk dirinya

"Nggak," ucap Pak Bayu malas

"Ooo, kirain saya," ucap Jeje dengan santainya.

"Senyum Jenifer," ucap Pak Bayu menarik pipi Jenifer untuk tersenyum.

"Saya nggak bisa pura pura bahagia pak," ucap Jeje melepaskan tangan Pak Bayu dari pipinya.

"Banyak gaya kamu,"

Terlihat Belum satu pun tamu yang datang, hanya di penuhi keluarga yang sedang mempersiapakan segala hal yang di perlukan.

Hati nya terasa terenyah kembali melihat semua keluarga ikut membantu, hanya dirinya yang tak ikut dan sepertinya hanya dirinya juga yang baru mengetahui tentang acara spesial ini.

"Sampai kapan kamu mau berdiri disini?" ucap Pak Bayu menaiki satu alisnya.

"Sampai maut memisahkan kita pak," ucap Jeje

"Nggak usah drama," ucap Bayu kemudian pergi arah suatu ruangan.

Jeje yang tak tau akan kemana, terpaksa mengikuti kemana Pak Bayu sambil tersenyum menyapa keluarga dekat maupun keluarga jauhnya.

Terlihat Pak Bayu memasuki ruangan yang pintu nya memiliki banyak hiasan bunga dan pernak pernik lainya, Jeje masuk dengan perlahan kemudian melihat orang yang paling dia sayang namun tah mengapa saat ini dia melihat bang Rifan seperti melihat orang yang paling dia benci.

Ketika Jeje akan keluar dari ruangan tersebut Rifan lebih dahulu mencegah kepergian Jeje dengan menggapai pergelangan tangan Jeje, Bayu yang paham dengan keadaan saat ini langsung permisi untuk keluar.

"Jeje mau keluar bang," ucap Jeje sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Rifan.

Tanpa aba-aba Rifan langsung memeluk Jeje, Jeje yang terkejut dengan perlakuan Rifan pun menjadi diam membeku namun hanya berlangsung sebentar, ketika telah sadar kembali Jeje mulai memberontak untuk di lepaskan.

"Je, maafin abang," ucap Rifan tulus  tepat di telinga Jeje

"Nggak bang, Jeje kan anak pungut," ucap Jeje mencubit pinggang Rifan.

"Heh, ngada-ngada kamu," ucap Rifan

"Abang ngak kasih tau kamu karna abang tau kamu pasti udah nyipain rencana yang banyak, iya kan? Abang ngak mau kejadian waktu nikahan bang Arkan terjadi lagi, kamu ingatkan waktu pernikahan bang arkan kamu jatuh sakit karna kecapean. Abang ngak mau kamu sakit, Abang ngak punya maksud yang lain, kamu ada di hari pernikahan Abang aja Abang udah bahagia, jadi abang mohon kamu jangan mikir yang aneh-aneh."

"Ooo, bilang dari kemaren kek, orang udah nangis jugak," ucap Jeje

"Gimana mau bilang, orang kamu nggak mau dengerin abang kemaren,"

"Jeje mau maafin tapi ada syaratnya,"

"Apa?" ucap Rifan menaikan kedua alisnya.

"Nanti Abang harus nyanyi di panggung buat kak Fely," ucap Jeje tersenyum tidak Jelas.

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang