Sembilan belas

33.3K 3.6K 86
                                    

Jangan lupa vote  komen  dan follow aku juga yaa

Malam ini Jeje memiliki janji bersama Alfin.
dengan Jeje ragu-ragu pergi ke ruang kerja papanya untuk meminta izin, sesampai di ruang kerja Bagas Jeje langsung menampilkan deretan gigi putih nya kepada Bagas dan membuat Bagas reflek menaikan alisnya.

"Pah, aku boleh main nggak? kan malam minggu," ucap Jeje

"Sama siapa?" ucap Bagas

"Sama teman aku kok pa," ucap Jeje mencoba meyakinkan sang papa

"Boleh, tapi kalau papa chat langsung pulang," ucap Bagas tegas

"Siap laksanakan," ucap Jeje cengengesan

Setelah siap berpakaian Jeje langsung keluar rumah dan mendapati Alfin yang sudah menunggu di depan gerbang rumahnya.

Sekarang Jeje dan Alfin  berada di pasar malam mereka sangat menikmati permainan nya , bahkan mereka hampir saja menaiki semua jenis mainan yang ada di pasar malam tersebut.

Sekarang Jeje sangat merasa senang bahkan semua masalah serta beban pikiranya terasa hilang seketika.

Dia tertawa lepas dengan seorang pria yang menurutnya sangat baik, dan Jeje juga  bersyukur telah bertemu dengan Alfin, ntah mengapa dia  merasa nyaman berada di samping Alfin.

Setelah puas bermain di pasar malam Alfin membawa Jeje ke suatu tempat di mana terdapat banyak lampu-lampu yang sangat indah.

"Je," ucap Alfin dengan sangat lembut sambil menatap mata Jeje.

"Apa?" ucap Jeje juga ikut menatap Alfin.

Alfin mendekatkan wajahnya ke wajah Jeje dengan perlahan hingga hidung mereka hampir saja saling bertautan.

Jeje mulai tidak bisa berfikiran positif atas perlakuan Alfin kepadanya, dia reflek menahan napasnya sambil menatap mata hitam pekat  Alfin. Namun pikiran kotor itu langsung hilang ketika Alfin melesetkan wajahnya ke arah samping kanan wajah Jeje.

"I love you," ucap Alfin berbisik dengan suara yang sangat lembut tepat di telinga Jeje.

Jeje melotot  ketika mendengarkan apa yang telah ucapkan alfin. Jeje masih diam menbeku, dia masih sangat terkejut dan dia juga tak tau akan merespon apa atas pernyataan Alfin.

Terlihat Alfin yang menatap Jeje dengan harapan lebih dari pernyataanya, membuat Jeje semakin bingung untuk memberikan respon seperti apa.

Jeje juga merasa heran dengan dirinya,  biasanya dia tidak pernah segugup ini ketika seseorang menggungkapkan perasaan kepadanya.

Apakah Jeje juga mempunyai perasaan sama? Tapi rasanya itu tidak mungkin, karna Jeje belum terlalu mengenal Alfin dan Alfin juga begitu. Apakah Alfin hanya bermain-main saja? Otak Jeje sekarang di penuhi oleh banyak pertanyaan yang membuatnya kepalanya merasakan pusing.

"Je, gimana?" ucap Alfin bertanya kembali karna Jeje hanya diam saja.

"Aku m-." ucap Jeje terpotong karena handpnone nya berdering.

"Hallo paa?"

"Cinderela waktumu sudah habis, pulang lah sebelum mobil temanmu berubah menjadi bendi"

"Baik pa, sebentar lagi Jeje pulang"

"Hati hati di jalan, papa dengar pocong sekarang tukar profesi jadi begal"

"Jangan ngada-ngada pa"

Tut.tut.tut

Setelah telefon terputus, Jeje memasukan handphonenya kembali ke dalam tas.

"Jadi gimana je?" ucap Alfin kembali bertanya, karna dia tidak sabar dan juga sangat merasa penasaran dengan jawaban yang akan di berikan Jeje.

"Aku ma-." ucap Jeje terputus kembali oleh ucapan Rifan yang tiba-tiba datang.

"Je? ngapain kamu malam-malam di sini?" ucap Rifan

"Main, tadi udah izin sama papa kok."ucap Jeje Terkejut melihat Rifan tiba-tiba datang.

"Main apaan? Abang liat dia tadi mau CIUM kamu?" ucap Rifan menekan kata cium kemudian menatap tajam ke arah Alfin, Alfin yang di tatap pun hanya bisa diam.

"Hah?" ucap Jeje terkejut.

"Dia bukan pacar kamu yang kemaren kan? Kamu selingkuh je? Astagfirullah je." ucap Rifan memegangi kepala nya pertanda dia tidak menyangka adek nya tega melakukan hal seperti ini.

"Astagfirullah bang, bukan," ucap Jeje menyela.

"Kamu udah punya pacar je?" ucap Alfin kecewa

"PULANG!" ucap Rifan lantang yang membuat Jeje bergelidik ngeri.

Fiks Mati gue...

Jeje terpaksa mengikuti perintah Rifan untuk pulang bersamanya, di dalam mobil Rifan mengoceh hal yang tidak-tidak.

Jeje hanya diam mendengarkan nya karna jika dia menjelaskan pasti Rifan tidak akan mempercayai nya.

Sesampainya di rumah Jeje masuk seperti tidak terjadi masalah apapun begitu pula dengan Rifan.

Ketika Jeje ingin memasuki kamar tiba-tiba tanganya di tarik oleh Rifan.

"Urusan kita belum selesai," ucap Rifan

"Kita tidak punya urusan," ucap Jeje

"Cukup je," ucap Rifan

"Abang?" ucap Enjel

"Teganya dirimu menduakan Bayu," ucap Rifan

"Tidak bang," ucap Jeje

"Sudahlah je, semua telah terjadi," ucap Rifan

"Aku tidak berselingkuh bang, dengarkan penjelaskan aku dulu," ucap Jeje

"Oke, waktu kamu satu menit dimulai saat kamu berbicara," ucap Rifan

"Jadi, tadi itu  Alfin cuman bisiki sesuatu, mungkin abang salah liat, aku juga baru kenalan sama dia bang rumahnya juga satu komplek sama kita, soal Jeje main sama dia juga karna besok dia balik ke luar negri lagi untuk kuliah, intinya aku ngak ada hubungan sama dia," ucap Jeje ngos ngosan karna terlalu cepat berbicara.

"Ooo begitu yaa, jadi abang yang salah? Maaf deh kalau gitu," ucap Rifan cengengesan.

"Nyenyenye," ucap Jeje kesal.

"Gimana abang nggak marah,orang dia mau cium kamu tadi, abang aja nggak pernah di cium," ucap Rifan

"Pernah ya," ucap Jeje

"Kapan?" ucap Rifan

"Waktu kelas 2 sma" ucap Jeje

"Udah kadarluasa," ucap Rifan

"Bodo amat," ucap Jeje memasuki kamarnya meninggalkan Rifan.

Setelah Jeje memasuki kamar Rifan juga memasuki kamarnya di dalam kamar Rifan memaikan gitar kesayanganya.

Jeje yang mendengar suara gitar pun reflek pergi ke kamar Rifan karna dia telah lama tidak melihat Rifan bermain gitar.

"Assalamualaikum," ucap Jeje memasuki kamar Rifan, sedangkan Rifan tidak menjawab dia masih asik dengan gitarnya.

Jeje duduk di samping Rifan sambil mendengarkan abangnya bernyanyi.

Cup

Jeje berlari keluar kamar Rifan dengan langkah cepat sambil terkekeh sedangkan Rifan hanya tersenyum melihat tingkah adeknya.



BERSAMBUNG...

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang