Lima puluh enam

29.9K 2.7K 141
                                    

Sekarang Jeje dan Karen sedang berada di supermarket, mereka berencana membuat kue bersama.

"Apa yang belum ren?"Ucap Jeje kepada Karen.

"Nggak ada kak, udah semua."

Setelah semua barang lengkap mereka pun pergi ke kasir untuk membayarnya.

Ketika Jeje ingin mengeluarkan uang Karen terlebih dahulu menyodorkan beberapa lembar uang kepada kasir.

"Kok kamu yang bayar ren?biar kakak aja!"

"Bukan Karen yang bayar kak,"

"Trus?"

"Calon suami kakak yang titip tadi."

Lagi-lagi Jeje di buat tersenyum dengan perhatikan Pak Bayu kepadanya, bahkan ketika jauh pun Bayu masih memikirkan hal sekecil ini.

Ya, Bayu sekarang sedang berada di luar kota menyelesaikan masalah perusahaan yang ada di sana. Sudah hampir seminggu Jeje tidak bertemu Bayu yang membuat kerinduanya semakin bertumpuk.

"Terima kasih," ucap kasir ramah, Jeje dan Karen hanya mengangguk serta tersenyum tipis sebagai respon nya.

Mereka pun  keluar dari supermarket dan bersiap menyeberangi jalan, Jeje pun menoleh kiri kanan untuk memastikan jalanan telah aman. Namun tanpa sepengetahuan Jeje dari sebelah kiri terdapat mobil yang sudah siap untuk menabraknya.

Tepat saat Jeje dan Karen berada di tengah mobil yang telah bersiap tadi pun melajukan mobilnya. Sayup-sayup Jeje mendengan suara teriakan Raja.

"KAREN AWAS!!"

Jeje menoleh ke arah kiri kemudian melihat mobil yang melaju kencang ke arahnya.

BRAAK...

"KAK JEJE." teriak Karen histeris melihat Jeje yang terletak lemas serta berlumuran darah di jalan.

Hanya Jeje yang tertabrak mobil karna Jeje berhasil mendorong Karen ketika melihat mobil mengarah kepadanya.

Orang yang melihat hal tersebut cepat berbondong-bondong menghampiri Jeje termasuk Raja, pacar Karen yang sejak tadi menunggu di depan mobil.

Banyak yang histeris melihat badan Jeje yang di lumuri banyak darah di tengah jalan.

"Kamu sekarang tenang, ambulan akan segera datang," ucap Raja mengelus lengan Karen lembut

"Kak Jeje ja hiks hiks hiks."

Raja membawa Karen ke dalam pelukanya berharap Karen tenang di dalam sana.

"Mas Bayu," Karen Berdiri kemudian  mencari handphone nya.

"Hallo"

"Mas hiks hiks hiks"

"Kamu kenapa?"

"Kak Jeje hiks hiks"

"Jeje kenapa?"

"Maaf bg, kak Jeje kecelakaan di depan supermarket. Saya sudah hubungi ambulan dan sebentar lagi akan sampai" Raja mengambil alih  Hendphone Karen.

"Terima kasih informasi nya, saya minta tolong jagain mereka

"Baik bang"

"Bisa saya bicara sebentar dengan Karen."

"Bisa"

"Iya mas hiks"

"Kamu jagain Jeje. Jangan nangis lagi!Mas segera kesana"

"Iya mas cepetan hiks"

Setelah ambulan datang Raja menuntun Karen masuk ke dalam ambulan dan duduk di samping Jeje yang sudah tidak berdaya.

Karen tak henti-henti nya menangis dia merasa ini adalah kesalahan nya. Raja pun merasa kasian melihat keadaan kekasihnya saat ini.

Tak berselang lama keluarga Jeje dan Bayu serta sahabat-sahabat nya telah memenuhi ruang tunggu.

Kenapa bisa terjadi? ucap Bagas bertanya kepada Karen.

"Om hiks"

"Maaf menyela om, biar saya saja yang menjelaskan, jadi ceritanya tadi...." ucap Raja menceritakan apa yang di liat tadi.

"Raja tolong kamu antarkan Karen tukar baju dulu pulang."

"Baik om."

Beberapa menit kemudian keluarlah dokter yang menangani Jeje

"Gimana keadaan anak saya dok." ucap Amira menahan isakan tangisnya.

"Kondisinya sekarang sangat kritis. Dia kehilangan banyak darah dan kita harus segera melakukan transfusi darah. Namun kami kehabisan sempel darah yang sama dengan saudara Jenifer."

"Darah saya sama dok." ucap Bagas.

"Baik mari kita periksa dulu."

Setelah di periksa ternyata Bagas tidak dapat mendonorkan darahnya karna tekanan darahnya terlalu rendah.

"Keluarga yang lain bagaimana?" ucap Dokter

Semua orang yang ada di ruangan tersebut menggeleng lemas.

"Pa, anak kita hiks hiks," Tangis Amira pecah melihat tidak ada yang dapat membantu anak nya.

Bagas serta keluarga nya yang lain telah mencoba bertanya kepada teman yang lain namun tidak ada yang memiliki darah yang sama.

"Bayu." ucap Om Febri tiba-tiba.

"Kenapa Bayu?"ucap Bagas.

"Bayu memiliki darah yang sama."

"Bagaimana mungkin?"

"Bayu bukan anak kandung kami." ucap Om Febri sembari menggenggam tangan istrinya.

Tanpa aba-aba Bagas mengeluarkan handphone nya untuk menelfon Bayu sedangkan yang lain masih terkejut dengan pernyatan papa bayu.

"Hallo."

"Gimana keadaan Jeje om?

"Nyawa Jeje ada di tangan kamu Bayu"

"Maksud om gimana?"

"30 menit lagi kalau kamu belum sampai di sini. Bagas menggantung ucapan nya. "Jeje ngak bisa selamat"

"Nggak!... Nggak akan!" Bayu meremas handphone nya keras

Darah Bayu naik turun melihat kemacetan yang ada di hadapan nya saat ini. Dia memutuskan keluar dari mobil kemudian berlari sekencang mungkin ke arah rumah sakit.

"Kamu nggak boleh ninggalin aku je."

Tak terasa 15 menit telah berlalu namun tanda tanda kedatangan Bayu belum terlihat sedikitpun.

Bagas telah mencoba menghubungi kembali Bayu namun tak ada jawaban sama sekali.

BERSAMBUNG...

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang