Lima puluh delapan

30.1K 2.6K 100
                                        

1 minggu kemudian

Hari ini Bayu berdiri di tanah lapang berumput hijau yang di datangi banyak orang saat itu, tepatnya tempat pemakaman umum.

Pandangan Bayu begitu kosong saat ini rasanya setengah nyawanya sudah menghilang.

Bayu terdiam mengamati proses pemakaman. Susah payah dia menyembunyikan air matanya namun tanpa sadar air mata itu jatuh dengan sendirinya.

Bibirnya tiba-tiba membisu. Matanya masih terpaku melihat pemakaman yang ada di depan nya. Hatinya terasa sangat hancur.

Dengan tubuh yang begitu kaku serta dada yang terasa sesak tangan Bayu mulai mengambil segenggam bunga dan menaburnya di atas makam.

"Mas hiks hiks hiks." ucap Karen yang tiba-tiba menenggelamkan kepalanya di dada bidang Bayu.

Bayu tak berkata apa pun dia hanya mengelus pelan rambut Karen sembari menghapus air matanya.

Tah kenapa semua orang membisu yang terdengar hanya tangisan yang membuat Bayu tak kuasa mendengarnya.

Bayu bergegas pergi dari pemakaman tanpa berpamitan ke arah yang tidak dia ketahui sama sekali.

Tak lama kemudian Bayu menghampiri pemakaman kembali. sama seperti tadi hatinya masih terasa sakit yang berbeda hanya sekarang dia bebas mengeluarkan emosinya karna tak seorang lagi ada di pemakaman. 

Yang harus dia lakukan saat ini ialah mencoba mengikhlaskan.

---------------------------------------------------------------
Sudah 1 bulan berlalu namun Jeje masih belum melihatkan perkembanganya. Bayu sampai frustasi memikirkan Jeje yang berimbas kepada pekerjaan nya.

Hari ini ada jadwal mengajarnya, dia tak bisa terus-terusan meninggalkan kelas maka dari itu Bayu memaksakan diri untuk fokus.

Bayu memasuki kelas dengan tatapan datar dan dingin.

Setelah kelas selesai Bayu bergegas ke rumah sakit.

Bayu melajukan mobilnya ke arah rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Di dalam perjalanan Bayu mendapatkan panggilan.

" Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam."

"Kamu dimana Bayu? Jeje udah sadar."

"Serius om? Jeje udah sadar?"

"Iya, kamu segera ke sini ya."

"Baik om."

Setelah panggilan terputus Bayu segera pergi ke rumah sakit. Bayu sangat berbahagia mendengar berita bahwa Jeje telah sadar.

Bayu melajukan mobilnya dengan cepat tanpa mendengarkan umpatan dari pengguna jalanan.

Setelah sampai di rumah sakit Bayu memarkirkan mobilnya dengan asal kemudian bergeges ke ruang rawat Jeje.

Bayu tak perduli dengan tatapan memuja serta heran yang di lemparkan orang-orang yang ada di rumah sakit. Karna melihat Bayu berlari dengan kancing baju yang telah terbuka.

Setelah sampai di ruang rawat Bayu langsung membuka paksa pintu tanpa mengucapkan salam sedikipun.

Brak.

Astagfirullah

"Salam dulu Bayu." gerutu Amira yang terkejut dengan bunyi pintu yang terbuka tiba-tiba.

"Maaf ma." ucap Bayu tak enak

"Mas." ucap Jeje pelan.

"Iya sayang, sakit ya? kamu mau apa hmm? ucap Bayu sembari mengelus lembut rambut Jeje.

"Peluk." ucap Jeje sambil merentangkan kedua tangan nya.

Dengan senang hati Bayu langsung memeluk Jeje tang masih kesusahan untuk duduk. Jeje semakin memperdalam pelukannya dikala Bayu mencium puncak kepala Jeje.

"Heh lepas-lepas, kalian belum nikah." ucap Amika memukul-mukul pelan lengan Bayu dan si pelaku hanya tertawa cengengesan.

Setelah keluar Amika keluar dari ruangan Jeje memberanikan dirinya untuk membahas papa Bayu.

"Hmmm Jeje udah dengar dari mama. Jeje turut berduka cita ya mas, mas yang sabar ya!" ucap Jeje mengelus wajah Pak Bayu lembut.

Bayu hanya diam kemudian menyembunyikan wajahnya di pelukan Jeje.

Bayu kembali mengingat papanya yang tiba-tiba pergi karna serangan jantung. tak dapat di pungkiri rasa sesak tersebut masih ada dan pastinya akan membekas.

Bayu bangkit dan melepaskan pelukanya "Mas mau kita nikah besok je."

"Besok?"

"Iya"

"Kita belum ada persiapan mas."

"Persiapan itu urusan mas. Permasalahan sekarang kamu mau atau tidak?"

"Gimana yaa." ucap Jeje sembari mengetuk ngetukan jarinya di pipi.

"Je." ucap Bayu menampilkan wajah memelasnya.

"Tapi mas baru berduka."

Bayu menundukan kepalanya "Kalau nggak mau bilang aja je, saya gapapa."

"Hey mas," ucap Jeje menarik baju Bayu "Bukannya Jeje nga mau tapi apa kata orang nanti. Mas baru aja berduka.

"Kenapa harus dengerin orang je,"

"Kenapa harus besok mas, kan masih banyak waktu lagi."

"Saya takut kehilangan kamu lagi je." ucap Baju lirih menatap dalam mata jeje.

"Aku ngga akan kemana-mana." ucap Jeje meyakinkan.

"Satu minggu lagi gimana?

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang