Lima puluh satu

26.3K 2.8K 232
                                    

Setelah pulang dari rumah Pak Bayu, Jeje memutuskan langsung pulang ke rumah kemudian beristirahat.

Lagi dan lagi Jeje memimpikan Pak Bayu terlihat Pak Bayu sedang duduk di meja riasnya. Samar-samar Jeje mendengar suara Pak Bayu yang sangat merdu.

Jeje bangkit dari ranjangnya kemudian berjalan ke arah Pak Bayu yang sedang melafazkan sesuatu. Dengan niat mendengarkan lebih jelas apa yang sedang dilafazkan suami di dunia mimpinya tersebut.

Jeje memeluk Pak Bayu dari belakang, Namun baru beberapa detik Jeje merasakan keanehan. Rasanya sungguh nyata bahkan Jeje juga bisa mendengar deru nafas Pak Bayu.

Dengan cepat Jeje langsung melepaskan pelukan tersebut. Beberapa detik kemudian Jeje sadar bahwa ini bukan mimpi. Pipi Jeje seketika menjadi merah serta  badan nya terasa panas dingin. Apa yang barusan dia lakukan? Memeluk Pak Bayu? Oh tidak.

"Kamu.-"

"Bapak ngapain tadi pak?" Ucap Jeje sengaja memotong ucapan Pak Bayu berusaha terlihat santai.

"Latihan azan."

"Bapak mau ikut lomba ya? Dimana pak?"

"Di telinga anak kita nanti"

Wah! Deabak

Seketika jantung Jeje berdebar tak karuan. Jeje tau itu hanya gombalan biasa yang di lontar kan pria kardus di luar an sana, namun kali ini cukup menggelitik karna yang menggodanya ialah  salah satu dosen yang di beri julukan Dosen kaku.

"Pak?"

"Apa?"

"Ini kamar saya kan?"

"Trus?"

"Ngapain bapak di sini?"

"Ngadem."

What the? Kamar Jeje jadi tempat ngadem sejak kapan?

"Bapak masuk dari mana? Kan pintu jeje kunci." ucap Jeje terheran sembari memastikan pintu kamar tersebut terkunci

"Itu." ucap Pak Bayu sambil menunjuk jendela yang terbuka lebar.

"Astagfitullah!!! pulang sana pak nanti kalau orang mikir yang aneh-aneh gimana?" ucap Jeje panik sembari mendorong Pak Bayu ke arah jendela.

"Kamu nyuruh saya keluar dari jendela?"

"Kan tadi bapak masuknya dari situ,"

"Nggak, bisa mati saya."

"Tadi bapak naik pakai apa?"

"Nggak tau."

"Jangan bilang bapak manjat."

"Kamu kira saya tarzan."

"Bisa jadi kan," ucap Jeje bergumam

"Apa kamu bilang?"

" ituu anu...bapak mau apa?" ucap Jeje berusaha tenang.

"Saya lapar."

"Trus?"

"Masakin saya lah Jenifer."

"Nggak-nggak, nga bisa masak."

"Di rumah cuman ada kita berdua,"ucap Pak Bayu tersenyum miring.

"Emang kenapa?" Ucap Jeje sedikit gugup.

"Menurut kamu saya mau ngapain?" ucap Pak Bayu perlahan-lahan mendekat kepada Jeje sedangkan Jeje juga ikut mundur berusaha menjauh dari Pak Bayu.

"Pak.-"

"Ssstt...kita hanya berdua." ucap Pak Bayu berbisik tepat di telinga Jeje.

"Pak pleasee."

"Saya bilang diam jenifer."

"KAKI SAYA SAKIT!!!" ucap Jeje berteriak, sontak Pak Bayu melihat ke bawah dan ternyata dia tidak sengaja menginjak kaki Jeje.

Nggak sengaja ucap Pak Bayu menahan tawanya. Sedangkan Jeje hanya memasang wajah kesal.

Jeje beranjak membuka pintu kamar. Setelah terbuka Jeje menarik tangan Pak Bayu sampai ke pintu keluar rumah utama.

"Silahkan keluar bapak yang terhormat."ucap Jeje sembari membuka kan pintu.

"Kamu ngusir saya?"

"Nga gitu pak, nga enak nggak ada orang di rumah."

"Saya nga akan ngapa-ngapain kamu."

"Saya percaya tapi orang lain gimana?"

"Kan kita cuman berdua Jenifer, orang lain mana lagi?"

"Duh pak pusing saya ngomong sama bapak. Kok bapak jadi bawel gini?"

"Saya cuman minta di masakin, susah?"

Pak Bayu cukup terkejut dengan perubahan wajah Jeje, apakah dia keterlaluan? Atau ada yang salah dengan kata-kata nya?

"Kamu kenapa hmm?" Ucap Pak Bayu bertanya dengan lembut. Jeje tidak menjawab sama sekali, dan tanpa sadar pun Jeje telah meneteskan air matanya.

Pak Bayu sontak terkejut melihat gadis di hadapan nya tiba-tiba menangis, dia menjadi merasa bersalah kemudian mencoba menenangkan Jeje sebisanya.

"Maaf,"ucap Bayu tulus

Setelah mendengar kata maaf dari Pak Bayu Jeje segera melepaskan pelukanya kemudian menghapus air mata tersebut menggunakan dasi yang di pakai Pak Bayu.

"Nggak saya maafin."

"Hukum memaafkan wajib."

"Saya maafin tapi ada syaratnya pak." ucap Jeje sembari menghapus air mata nya kembali.

"Apa?"

"Bapak masakin saya!"

"Saya?"

"Yes sugar dedy."

"Oh no beby." ucap Pak Bayu kemudian bergegas keluar dari rumah, namun nihil sebelum kaki Pak Bayu menginjak lantai luar rumah Jeje telah terlebih dahulu menarik baju belakang ak Bayu.

"Oke saya masakin kamu tapi kamu harus jawab pertanyaan saya dulu."

"Nanya apa?"

"Kenapa kamu nangis tadi? Ada yang salah dengan kata kata saya?"

Jeje tak menjawab dia menundukan kepalanya seperti menahan kepedihan hatinya.

"Je?"

"Jeje jawab habis makan boleh?"

"Oke. deal!"

Selama di dapur Bayu sibuk mengacak bahan-bahan masakan sedangkan Jeje asik bermain hanphone tanpa berniat membantu Pak Bayu sedikitpun.

"Je saya  minta tolong tarok ikan goreng ini di atas meja."

"Di taro di mana ni pak?"

"Di akuarium."

"Emang nya masih bisa berenang?"

"Di meja makan lah Jenifer."

"Iya bapak." ucap Jeje dengan nada mengejek.

"Masak aja yang benar pak, nanti nggak Jeje gaji lo."

"Untung saya sayang sama kamu."

"Bapak bilang apa tadi?"

"Lupa saya,"

BERSAMBUNG...

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang