Empat puluh empat

27.2K 3K 228
                                    

Pagi hari ini Jeje sedang bersiap-siap untuk menemui dosen galak tersebut, Jeje akan pergi ke kampus bersama Pak Elvan karna Pak Elvan juga memiliki jadwal mengajar pagi ini.

Belum tepat pukul jam 8 namun Pak Elvan telah sampai di rumahnya dia beralasan ingin cepat-cepat bertemu dengan Jeje, ntah lah Jeje tak merasakan bahagia sedikitpun ketika bersama Pak Elvan, namun Jeje tetap menampilkan senyum manisnya hanya untuk membuat Pak Elvan bahagia.
Dia tau yang dilakukannya ini salah namun bagaimana lagi dia todak memiliki pilihan.

Ketika di dalam mobil Pak Elvan tak henti-hentinya berbicara tentang kegiatan yang baru saja dia lakukan, sungguh Pak Elvan telah berubah, tidak seperti awal bertemu dimana Pak Elvan memiliki sifat dingin dan cenderung pendiam.

"Pak, Jeje boleh tanya sesuatu nggak?" ucap Jeje memotong pembicaraan Pak Elvan yang sangat membosan kan tersebut.

"Tanya apa sayang?" ucap Pak Elvan dengan sangat lembut dan pastinya hal tersebut membuat Jeje sedikit melemah.

"Bapak pernah ngirim bunga nggak ke rumah Jeje?"

"Bunga? Ngak pernah, emng kenapa?" ucap Pak Elvan mengerutkan keningnya.

"Kemaren ada yang ngirim bunga, tapi ngak tau dari siapa,"

"Kamu ngarep aku kasih bunga yaa? kamu mau berapa sayang besok mas anterin,"

"Ih nggak, gr banget"

Setelah sampai di kampus jam telah menunjukan pukul setengah sembilan, karna takut terlambat Jeje menunda niat nya ke kantin kemudian langsung ke ruang dosen, Jeje mencoba bertanya ke salah satu dosen di sana tentang dimana ruangan dosen BSF dan untung saja sekali tanya Jeje langsung mendapatkan jawaban pasti.

Jeje melirik jam di tanganya kemudian berdoa sebelum masuk ke ruangan tersebut, Jeje berharap dia tidak melalukan kesalahan yang akan berakibat fatal.

"Permisi, Assalamualikum," ucap Jeje mengetok pintu ruangan tersebut.

"Waalaikumsalam,"

DEG...

"Suara itu" ucapJeje membatin.

Jeje menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, dengan gemetaran Jeje membuka pintu tersebut sambil mengucapkan bismillah.

Jeje sangat terkejut ketika melihat orang yang sedang duduk di kursi sambil mamegang sebuah polpoin tersebut.

Ntah kenapa napas nya tiba-tiba terasa sesak jantung nya juga seperti terpompa dua kali lipat dari kecepatan biasanya, serta di iringi badan yang mulai melemas.

Pria tersebut menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan sungguh Jeje sangat merindukan sosok yang ada di hadapanya saat ini.

"Silahkan duduk," ucap Pak Bayu kaku

"Apa kabar?" ucap Pak Bayu memulai percakapan karna Jeje tidak kunjung mengawali percakapan.

"Alhamdulillah baik pak," ucap Jeje pelan karna dia masih tidak nyaman dengan suasana saat ini.

"Yaudah, kita mulai," ucap Pak Bayu dengan suara bariton nya.

"Baik pak," ucap Jeje dengan mantap nya.

Jeje tak tau akan menanggapi seperti apa apakah dia harus bereaksi senang atau marah? yang jelas saat ini hatinya terasa senang ketika telah melihat secara langsung wajah orang yang selama ini dia rindukan.

setelah siap, Jeje langsung keluar dari ruangan tersebut keadaan detak jantung nya masih sama serta kakinya yang masih terasa lemas, dengan tergesa-gesa Jeje mencari kontak Enjel kemudian menelfonya. Ternyata Enjel dan yang lain sedang berada di kantin kampus. Mendengar hal tersebut Jeje langsung bergegas ke ke kantin menyusuli teman-teman nya.

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang