Tiga puluh satu

29.4K 3.2K 125
                                    


Ketika hendak pergi ke kamar, Jeje mendengar suara orang yang  mengetuk pintu rumahnya, tanpa pikir panjang Jeje bergegas membuka pintu tersebut.

alang kah terkejutnya Jeje ketika melihat keadaan Enjel saat ini, matanya yang sembab serta terlihat beberapa bekas tamparan di sekitar wajahnya.

Ketika Jeje menanyakan apa yang telah terjadi, Enjel hanya  diam menagis tanpa berniat berbicara sedikitpun.

Melihat keadaan Enjel saat ini Jeje menjadi sangat kawatir dan langsung membawa Enjel ke kamarnya serta mengunci semua pintu rumahnya.

Telah 20 menit Enjel menangis di kamarnya, Jeje sengaja membiarkan Enjel menangis sepuasnya, supaya beban di dalam hati Enjel sedikit terbuang.

Tak kuat melihat Enjel terus-terusan menangis Jeje mendekat lalu memberi pelukan kepada Enjel, berharap Enjel sedikit tenang dan dapat berbagi cerita bersamanya.

"Enjel kenapa hmm?" ucap Jeje sambil mengusap usap punggung Enjel

"Hiks bang andi je hiks,"

"Enjel punya salah apa sama dia je,"

"Enjel ngak mau pulang je,"

"Enjel takut hiks.,"

Dugaan Jeje benar ternyata semua ini adalah ulah bg Andi yaitu abang kandung Enjel sendiri, Enjel dulu pernah bercerita kepadanya bahwa abangnya sering memberlakukannya dengan beruk.

"Enjel yang sabar ya," ucap Jeje sambil memeluk Enjel kembali.

Tit..tit..tit..

Terdengar suara klakson mobil yang sangat kuat dari depan rumahnya, ketika Jeje ingin memeriksa siapa yang berada di luar Enjel menarik tanganyan.

Jeje juga ikutan rapuh ketika melihat pandangan Enjel kepada nya saat ini, Enjel terlihat sagat ketakutan dan sepertinya Enjel masih sangat syok hingga dia tidak ingin di tinggal sendirian.

Jeje mencoba memberi pengertian kepada Enjel bahwa dirinya hanya ingin mencek siapa yang berada di luar, setelah banyak mengeluarkan kata-kata yang mungkin bisa menenangkan Enjel, akhirnya Enjel membolehkan Jeje untuk keluar dari kamar.

Jeje berjalan dengan hati-hati sambil membawa tongkat bisbol, dengan ragu-ragu Jeje mengintip jendela yang berada di samping kaca, setelah melihat orang yang berada di luar zjeje dapat bernapas lega karna yang berada di luar ternyata Aldo yaitu sahabat nya sendiri.

Namun ada sedikit yang aneh dari penampilan Aldo saat ini, Aldo terlihat berantakan serta pelipis dan sudut bibirnya mengeluarkan darah, tak ingin mengada-ngada Jeje langsung membuka kan pintu dan mempersilahkan Aldo untuk masuk.

"Enjel mana?," tanya Aldo dengan wajah Khawatir.

"Aldo kenapa?" ucap Jeje bertanya sedikit memekik karna dia sangat bingung dengan keadaan sahabat sahabatnya saat ini, sebenarnya apa yang telah terjadi?

"ENJEL DIMANA?" ucap Aldo menaiki nada suaranya sehingga terdengar seperti membentak Jeje

"Di kamar," ucap Jeje menunjuk arah kamarnya dengan keadaan yang masih terkejut dengan bentakan Aldo.

Setelah mengetahui keberadaan Enjel, Aldo berlari kearah kamar yang di tunjuk oleh Jeje, melihat hal tersebut Jeje juga ikutan berlari ke arah kamarnya.

"Aldo hiks," ucap Enjel

Ketika sampai di kamarnya, Enjel memanggil nama Aldo dan kembali menangis lagi, hal yang membuat Jeje sangat terkejut saat ini adalah Aldo yang langsung memeluk Enjel seperti seorang kekasih yang menghawatirkan pasanganya.

"Aldo,Anjel takut hiks,"

"Hey kamu ngak usah takut, aku udah di sini sayang," ucap Aldo sambil mengusap air mata Enjel dan kembali memeluknya.

Kepala Jeje terasa berputar putar melihat keanehan sahabat-sahabat nya sekarang ini, dia tak tau harus mengeluarkan sikap seperti apa. Satu posisi dia sedih melihat keadaan sahabat nya saat ini di posisi lain dia terkejut dengan kata sayang yang keluar dari mulut Aldo kepada Enjel.

"Je tolong ambilin minum je," perintah Aldo kepada Jeje

"Ha? Eh iya," ucap Jeje yang masih kebingungan dengan keadaat saat ini.

Tak ingin kebingungan sendiri Jeje mengeluarkan hanphoneya kemudia menelfon Gavin, Jeje meminta Gavin untuk segera kerumahnya.

Sambil menunggu Gavin datang, Jeje bermain hanphone di ruang tamu, Jeje membiarkan Aldo untuk menenangkan Enjel.

Setelah Gavin datang Jeje langsung menceritakan semuanya kepada Gavin, merasa tak percaya Gavin langsung pergi ke kamar Jeje untuk memastikanya.

Tak beda dengan Jeje, gavin juga sangat terkejut dan khawatir melihat keadaan Enjel dan Aldo saat ini, Namun gavin tak mau pusing memikirkan nya, Gavin langsung bertanya kepada 2 insan yang sedang berpelukan di hadapanya.

"Ada apa do? Kok bisa gini?" ucap Gavin.

"Gue berantem sama abang nya Enjel," ucap Aldo

"Ha Kok bisa?" ucap Jeje

"Nanti gue ceritain, sekarang bantuin gue kompresin pipi Enjel je," ucap Aldo.

"Iya iya do," ucap Jeje kemudian bergegas ke dapur untuk mengambil kompresan.

"Di mobil gue ada p3k sih do, tapi lo punya uang ngak? Soalnya gue beli pakai uang," ucap Gavin

"Anjing lo, sahabat lo kena musibah masih itung itunga lo " ucap Aldo melempar boneka yang ada di atas kasur pada Gavin, sedangkan Gavin hanya ketawa melihat kekesalan sahabatnya.

Sikap yang di tunjukan Gavin tidak selaras dengan perasaan yang dia rasakan saat ini, dia sebenarnya sangat menghawatirkan keadaan kedua sahabatnya ,apalagi melihat bekas tamparan di pipi Enjel rasanya seperti 10 anak panah menusuk hatinya sekalius, ah tidak terlalu lebay. Dia sangat merasa rapuh jika mengenai sahabatnya bagaimana tidak bagi Gavin sahabat adalah keluarga kedua baginya.

Setelah Enjel merasa lebih baikan, mereka  berkumpul di taman belakang rumah Jeje, sambil menceritakan hal yang sebenarnya terjadi.

"Jadi sebenarnya ada apa njel?" ucap Jeje

"Aku ta di-." ucap Enjel terbata bata

"Aku aja yang cerita sayang," ucap Aldo sambil menggenggam tangan Enjel yang membuat Gavin dan Aldo saling bertatap tatapan.

"Si bangsat tadi hampir lecehin Enjel," ucap  Aldo

"Astagfurullah si bangsat saha?" ucap Gavin

"Aldi, abang kandung Enjel," ucap Aldo

"Bukanya abang kandung  lo di Australia njel?" ucap Gavin

"Iya, dia tiba-tiba pulang trus nampar gue, gue gak tau apa-apa, pas gue ngelawan waktu dia mau lecehin gue pipi gue di tampar untung gue sempat nekan tombol telfon ke nomor Aldo, dan alhamdulillah Aldo ada di sekitar perumahan gue, kalau ngak gue ngak tau lagi nasip gue gimna hiks," ucap Enjel berbicara kemudian di akhiri dengan manangis di pelukan Aldo kembali.

"Trus si bangsat itu sekarang dimana do?" ucap Jeje

"Udah gue serahin ke polisi," ucap Aldo

"Lo mah gak asik do, baku hantam ngak ngajak-ngajak gue, gue kan udah lama juga ngak lemesin otot gue," ucap Gavin

"Bacot kau vin," ucap Aldo

"Hahah, canda gue mah, yang penting lo berdua sekarang udah aman," ucap Gavin

"Udah nangis nya njel, enjel jelek tau," ucap Jeje

"Make up lo luntur semua njel hahah," ucap Gavin

"Sayang," ucap Enjel cemberut kemudia memeluk Aldo kembali.

"Nggak sayang kamu cantik kok,"ucap Aldo

"NGAK MUHRIM WOI," ucap Gavin dan Jeje berbarengan.

BERSAMBUNG...
vote dan komen nya jangan lupa ya

DosgansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang