36) Pertengkaran

402 30 0
                                    

Kita harusnya tidak saling percaya satu sama lain. Itu adalah satu-satunya cara berlindung dari pengkhianatan.
Selamat atas pengkhianatanmu yang sudah membuatku kecewa, dan terima kasih sudah mengingatkanku akan kesadaran tentangmu.

-Arjun Alkahfi Siregar-

-Metamorfosa Rasa-
_________

"Ngapain lo nyuruh gue kesini?"

Arjun masih tak bergumam, pikirannya kosong. Entah memikirkan apa.

"Woi. Dokter Arjun yang ganteng!!!" Kafa sedikit berteriak, pasalnya temannya yang satu ini dari tadi di panggil tak merespon.

"Hah. Anu... Itu... Saya."

Kafa menaikan sebelah alisnya. "Lo lagi ada masalah?"

"Kenapa bisa tahu?" Arjun bertanya sambil menyesap kopi latte favorit nya di salah satu Starbucks yang ada di dekat apartemen nya.

"Buset! Gue gak nyangka istri lo bakal kayak gitu." Kaffa geleng geleng setelah mendengar kronologi cerita dari Arjun yang dipersingkat. Sepulang menemui lelaki labil yang merusak rumah tangga nya. Arjun pikir menemui sahabatnya itu adalah pilihan terbaik.

Arjun nampak geram. "Kenapa kamu menjelekkan istri saya?!!"

Kafa nampak mengusap wajahnya gusar. "Gue bingung sama lo, jadi sebenarnya lo kecewa sama istri lo sama pelakor itu sih?"

"Saya bingung harus ngomong apa."

Kaffa menghembuskan napas kasarnya. "Gue tahu posisi lo, tapi menurut gue lebih baik kalau lo ikutin saran gue, itu juga kalau lo mau, tapi sumpah ini hasil dari pengalaman gue."

Arjun tampak menganggukan kepalanya tanda setuju, kemudian mengernyitkan alisnya. "Pengalaman dari mana? Orang kamu belum nikah?."

"Pokoknya turutin saran gue aja."

Setelah dapat saran dari Kaffa, kini Arjun pulang mengendarai mobilnya. Kemudinya membelah arus Jakarta yang padat. Namun tidak dengan hatinya,hatinya terasa kosong memikirkan bagaimana nasib nya ke depan.

Membuka pintu apartemen, kemudian ia mencari sosok yang telah menyakiti hatinya, tapi tak dapat ia pungkiri Arjun merindukan Syahna setengah mati. Di mana Syahna? Sepersekian detik gini ia menemukan Syahna yang sedang tertidur masih dengan mengenakan mukenanya. Wajahnya nampak lelah, membuat Arjun merasa gagal menjadi seorang suami yang tak becus menjaga istri dan calon anaknya.

Tanpa pikir panjang, gini Arjun membopong tubuh mungil Syahna ke atas kasur, membaringkan nya disana. Namun saat Arjun hendak pergi, ada tangan yang menahan kepergian nya.

"Mas..." Parau nya.

Arjun menoleh. "Hm."

Nampak Syahna melihat ponselnya hanya karena ingin tahu ini pukul berapa. "Mas dari mana, ini udah malem banget."

"Tadi ketemu temen."

Syahna hanya mengangguk dan kembali memejamkan matanya.

Arjun membuka mukena yang Syahna pakai, saat membuka piyama milik Syahna tersingkap, membuat Arjun terkekeh geli. Sehat sehat disana ya anak Abba sama Amma. Gumamnya sembari mengulum senyum rekah.

Arjun segera merebahkan tubuhnya pada kasur tepat di samping Syahna, Arjun mencoba menahan kebiasannya sebelum tidur. Namun tetap sekuat ia menahan, ia tak kuasa. Meski dalam dada nya masih ada rasa sesak penghianatan yang menyeruak.

Arjun mengusap perut syahna dan mengecup puncak kepalanya. Maafkan saya yang belum bisa menjadi imam yang baik untuk kamu. Untuk anak kita nanti. Gumamnya, meski pelan namun tetap terdengar oleh indra pendengaran milik Syahna.

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang