7) Kembali merasakan sakit.

470 52 1
                                    

Ucapkan terima kasih pada luka. Karena ia, kamu bisa seperti sekarang.
Jangan lupa berterima kasih lah pada hujan. Karena ia telah menghapus bekas yang tersisa.

Takdir menentukan yang datang ke dalam hidup kita, tapi hati yang memutuskan siapa yang hidup dalamnya.

-Arjun Alkahfi Siregar-

-Metamorfosa Rasa-

***

"Mohon perhatian semuanya. Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Saya sampaikan. Bahwa semua kelas XII SMA BINA HARAPAN, dinyatakan LULUS."

Semua siswa bergembira. Termasuk Syahna.

"Sya. Kita lulus!!!!"

"Iya dis. Gue seneng banget. Lo jangan kangen sama gue haha." Syahna menjawab asal pada Dissa.

Kami semua yang semula baris pada barisan yang rapi. Kini telah berhamburan di luasnya lapangan sekolah. Akhirnya surat kelulusan sudah berada di tangan orang tua masing masing. "Mama.. punya Zibran mana?" Syahna bertanya.

Mama Anis membuka isi tas nya. "Ini sayang, punya Zibran. Nilai nya sama tinggi nya kayak kamu." Syahna hanya membalas dengan senyuman bangga.

"Ayo kita pulang.." Mama Anis mengajak Syahna pulang. Tapi dissa menahan.

"Tante, Syahna nya gak boleh pulang dulu. Kan masih ada acara di sekolah. Kasih izin ya tante.." rengeknya.

Dan akhirnya Mama Anis mengiyakan, setelah lama terhanyut dalam bujuk rayunya Dissa. Dasar perayu. Semua siswa kelas XII merayakan kelulusannya di lapangan sekolah. Dengan berbagai macam warna yang mereka gambar hingga terlihat seperti coretan-coretan pada seragam sekolah. Hingga kesan dan pesan, juga saling tukar tanda tangan. Baju seragam yang mulainya putih bersih kini menjadi warna warni. Ini sudah menjadi tradisi khas kelas XII.

Aku melihat zibran menatapku dari kejauhan. Aku membalas dengan senyuman. Meski pendiam, aku sama sekali tidak keberatan mereka mencoret-coret seragamku. Aku senang. Kami berfoto ria. "Selamat ya sya. "Ucapnya seraya memeluk Syahna hangat.

Syahna hanya mampu tersenyum hangat dalam pelukannya. Dalam hati, 'tetep kayak gini ya Bran.'

"Iya Zibran. Makasih udah selalu ada buat gue ya" Jawab Syahna dengan nada lembut.

Tidak ada konvoi tentunya. Setelah selesai, mereka pulang kerumahnya masing masing. Lain hal nya dengan Dissa, tentunya ia ingin sekali pergi ke rumah Syahna, dengan alasan kita harus rayain ini sama sama. Katanya.

***

Seminggu berlalu dengan sendirinya. Hari berganti seakan tak terasa, angin berhembus dengan sendirinya. Syahna yang sibuk dengan rutinitas menulis blog. Mengisi hari libur kelulusan dengan mengikuti tes masuk perkuliahan. Dan menjalani hari hari insomnia nya yang semakin menjadi jadi setiap harinya.

Dan tentunya ia yang sudah tidak bertemu lagi dengan Arjun sejak insiden itu. Dan Zibran yang sudah putus dengan Jessie. Pernah saat itu kami bertemu di salah satu toko buku. Dan dia sama sekali tidak berkata apa apa. Aku memakluminya. Kecelakaan waktu itu sudah menjadi takdir.

Arjun hanya membelikannya buku dari penulis favorit Syahna yaitu terbitannya Kahlil Gibran. Dengan judul Simfoni Cinta dari Surga. Bahkan sudah berulang kali Syahna membacanya. Pintu kamarnya terbuka. Senyuman rekah ada dibaliknya.

"Apa? Ko malah senyum senyum sendiri gitu.?"

"Gue boleh masuk ga?" Lanjutnya

Syahna mengangguk. Zibran duduk di meja belajar milik Syahna. Dan mengacak rambutnya dengan asal.

"Zibran. Apasih. Gak lucu tau. Sana ah kalo mau ganggu jangan kesini.."

Dia mencubit pipi Syahna dengan lembut. "Lagi pms ya Bu negara. Marah marah mulu. "

"Jalan jalan yu. Sekalian beli baju buat besok graduation.." Ajaknya

Oh iya. Tuhkan bener, Syahna typikal orang pelupa. Syahna menaikkan alis tanda setuju "Yaudah ayo. Tapi gue mau mandi dulu bentar."

Dia menarik lengan Syahna, "Gausah. Lo udah cantik mau gimana juga. Lagi pula kan gabakalan ada yang naksir ini. Kan gue tunangan nya."

Syahna terkekeh geli mendengarnya. Dengan rambut yang di kuncir kuda. Jeans selutut, dan kaos army yang ia kenakan. Mereka menuju ke sebuah boutique. Syahna sungguh tidak mengerti apa itu fashionable. Sedari tadi Zibran sudah memberikannya beberapa setelan kebaya dan Syahna hanya menggeleng.

"Bran udah ah. Pilih yang mana aja. Gue ga ngerti baju ginian. Pokonya yang menurut lo bagus. Gue suka. "

"Yaudah yang ini aja." Jawabnya santai.

Dan Zibran membeli setelan tuxedo yang senada dengan dress Syahna. Betapa manisnya perlakuan lo bran. Tiba tiba Syahna merasakan sakit di kepalanya yang menjalar.

"Bran. Kepala gue.."

Zibran panik dibuatnya. "Kenapa Sya. Sambil membopong tubuh mungil Syahna untuk duduk di kursi yang tersedia di boutique ini.

"Idung lo berdarah Sya. "Dengan paniknya Zibran meminta tissue pada Kasir. Badanku terasa lemas sebelah. Aku tidak merasakan apa apa di bagian kepala sampai ujung kakiku yang kanan.

"Kita pulang sekarang ya."

Syahna digendong oleh tubuhnya yang tegap. Zibran melajukan mobil dengan kecepatan diatas rata rata. Syahna tidak berkomentar. Itu bukan aku sekali. Padahal aku yang selalu cerewet kalau Zibran melajukan mobil nya seperti ini. Mobil sudah terparkir di garasi. Digendongnya lagi tubuh yang lemas ini. Zibran menaiki anak tangga satu persatu. Membuka pintu kamar Syahna, dan menidurkannya. "Bentar gue telpon mama dulu." Ucapnya setengah kalut.

Syahna menahan lengannya yang kekar. "Jangan Bran. Gue cuma butuh istirahat. Ini sariawan biasa. Gausah lebay deh." Ucapnya mencoba tidak membuat Zibran khawatir.

"Lo yakin.?" Namun hanya dijawab dengan anggukan pasti oleh Syahna.

"Yaudah lo tidur. Kalo ada apa apa telepon gue ya. Gue nunggu diruang tv aja. Biar lo bisa tidur nyenyak."

Lagi lagi Syahna hanya mengangguk tanda mengiyakan. Zibran menutup pintu kamar. Dan aku disini dengan sejuta rasa sakit..

###
Tbc gays.
Selamat bersua kembali.

Ig. @liaamlsp_
Fb. Lia amlsryn

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang