42) Maaf

416 36 0
                                    

Jika cinta adalah rumah kamu mungkin pemegang kuncinya. Coba pikirkan kembali, siapa tuan rumahnya.

Buka matamu, aku mencintaimu. Tutup matamu, biar rinduku bersemayam di ekor matamu.

Buka telingamu, padamu rinduku hanya mampu berbisik. Tutup telingamu, biar tak kamu dengar apa-apa selain rindu.

Soal cinta, aku memang mencintaimu. Tapi waktu itu, sebelum rindumu menemukan rumah baru.

-Metamorfosa Rasa-

________

Tempat yang sudah hampir satu minggu tak terjamah itu kini kembali Arjun tinggali. Apapun keadaannya tetap saja ia tak bisa terus menerus meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter. Kini Arjun duduk malas tanpa semangat, jujur saja seminggu terakhir tanpa menemukan semburat senyuman itu membuat Arjun tak bersemangat. Ribuan penyesalan menyeruak di dalam hatinya. Arjun menyesal karena tidak mendengarkan apapun penjelasan dari istrinya, Syahna. Apalagi ia sangat menyesal karena menelantarkan janin yang ada di dalam kandungan Syahna. Sya jawab saya itu anak siapa? Apa benar itu anak Zibran? Astaghfirullah. Lagi lagi ia beristighfar karena sudah bersuudzan pada istrinya tersebut.

Pikiran nya kacau, ditambah lagi hari ini ada dua jadwal operasi yang tak bisa Arjun tolak. Masih dengan mengutak-atik komputer menyelesaikan beberapa berkas yang harus ia bereskan tiba tiba sahabat yang super bawel itu lagi lagi datang tanpa mengetuk pintu ruang kerja Arjun.

"Wes wes wes. Mas broooo.!!!!!"

Arjun hanya berdeham. "Apa?"

"Ruangan lo sumpek banget kayak yang gak ada penghuninya selama berabad abad." Ucap Kaffa di barengi dengan gelak tawa. Namun tak ada respon dari Arjun. Itulah dia, yang super dingin seperti kutub utara bahkan terhadap sahabatnya sendiri.

Kaffa menghela nafas, " Nih gue udah jalanin perintah lo ya buat selalu hubungin bini lo itu supaya jaga kesehatan. Kenapa sih lo egois banget. Masalah segitu juga marah marahan nya pake pisah ranjang."

Arjun menggebrak meja kerja nya. "Segitu?"

"Etssss. Sabar dulu bos. Gausah ngegas. Jadi menurut gue lo tinggal tes DNA. Kelar deh semuanya." Jawab Kafa enteng.

Tes DNA? Benar. Tes DNA. Dasar dokter bodoh, egois. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin? Saya terlalu terbawa emosi, terbawa api cemburu, maafkan saya Sya. Saya harap hasil tes DNA janin yang ada didalam kandungan kamu itu anak saya. Batin Arjun bermonolog. Seraya tanganya mengepal, ia merutuki dirinya sendiri yang sudah teledor.

Ponsel Kaffa berdering membuat Arjun enyah dari lamunanya. Namun Kafa menyodorkan ponselnya pada Arjun. Membuat Arjun menaikkan sebelah alisnya.

"Dari pasien lo yang kemaren." Bisik Kafa. Arjun hanya mengangguk.

Assalamualaikum? Arjun membuka percakapan.

(..........)

Maaf nanti saya ada jadwal operasi.

(..........)

Jangan berlebihan, saya hanya melakukan apa yang menurut saya benar.

(..........)

Sekarang? Arjun mengangkat alisnya sebelah.

(..........)

Baik saya kesana sekarang.

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang