Pengap rasanya. Terdekap oleh duka. Sepi, rindu tak lagi kenal tepi. Sendiri, sejak degup tak lagi bersambut.
Kali ini, untuk terakhir kalinya. Sebelum senja habis dimakan kunang-kunang, sebelum wajahnya tempias di padang ilalang. Sebelum tatapnya hempas di punggung kenangan.
Berhentilah waktu, biar ku tebas tuntas segala rindu."Aku mencintaimu," lirihku.
Kupastikan petir menyambar telinganya, dan aku berharap detik ini dibuat abadi saja.
-Metamorfosa Rasa-
***
Arjun membenarkan tuxedo yang terlihat sangat cocok saat dipakai oleh Zibran. "Maafkan saya, tidak bisa mengantar kamu menikah." Ujarnya. "Saya ikut senang saat dengar kamu sudah memantapkan hati untuk menikahinya."
Tampak lelaki dihadapannya tersenyum. "Gue yang seharusnya bilang makasih. Dan maaf juga udah ngerusak kebahagiaan kalian." Tutur Zibran.
"Syahna pasti bahagia sekali."
"Andai dia udah bisa sadar, dia pasti hadir di acara pernikahan gue." Raut kecewa terlihat kentara di wajah milik Zibran.
"Gausah sedih, kan ada gue." Beno menimpali.
"Yasudah, kalau begitu saya balik ke rumah sakit lagi. Semoga kali ini Syahna bisa bangun. Doakan saja."
"Tentu Dok. Oh iya ada salam juga dari Dissa." Ucap Beno.
"Waalaikumsalam."
Arjun meninggalkan apartemen Zibran. Ini adalah hari bersejarah untuk mereka berdua. Maafkan. Saya tidak bisa hadir mewakili Syahna. Gumamnya. Seraya memasuki mobil.
Jalanan masih begitu gelap, tentu sehabis shalat subuh Arjun pergi ke apartemen milik Zibran. Dan Beno sudah ada di sana.
Masih dengan bibir yang bungkam, Arjun masih ingat jelas bagaimana awal kondisi pasiennya yang bernama Dissa itu. Alhamdulillah nya, kita sebagai umat Allah SWT, yang pasrah akan semua kehendak Allah dan takdir mengabulkan semua Do'a keluarganya, tentu Do'a Arjun pula. Namun bagaimana dengan semua Do'a nya untuk kesembuhan sang istri? Harus sampai kapan Arjun menunggu ijabah doa itu sampai istrinya bisa membukakan kembali mata teduh itu?
Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua puluh menit. Kini ia kembali memasuki ruangan inap, satu bulan berlalu namun istrinya masih terbaring dengan banyaknya selang yang di pasangkan ditubuhnya.
Sya. Ini saya. Kamu tidak mau bangunkah? Ini sudah lebih dari satu bulan Sya. Husna butuh kamu. Saya tidak mau kehilangan kamu. Gumamnya seraya hatinya menciut.
Digenggamnya tangan yang terasa dingin itu, selagi bibirnya mengucapkan dzikir menggumamkan dzat dzat Allah. Ia terus mengelus tangan yang terlihat pucat pasi. Bahkan sesekali ia mengecup kening yang sama dinginnya itu.
Namun sepersekian detik kemudian, Allah telah mendengar apa yang Arjun rapalkan disetiap doanya.
"M..m..m..mas." Terdengar suara pelan yang nyaris seperti bisikan.
Arjun kaget bukan main, air matanya meluruh dengan tangan yang masih mengepal lembut tangan Syahna. "Alhamdulillah sayang. Ini Mas, mas disini untuk kamu."
"A..anak aku mana m..mas."
Arjun menghela nafasnya. Alhamdulillah istrinya tidak mengalami demensia seperti resiko yang telah dijelaskan Dokter Zio waktu itu. "Husna ada sama Umi sayang. Syukur kamu sudah siuman. Saya begitu cemas selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA RASA (END✓)
RomanceApa yang membuatmu bertahan pada laki-laki yang salah Syahna? Apa hatimu terbuat dari baja sehingga mampu menerima dia yang tak cukup hanya dengan satu perempuan? Ya, Syahna Diera Hutomo adalah perempuan yang sudah terhanyut pada cinta yang salah. D...