44) Sunyi

406 32 0
                                    

Pada pena, tentang bungaku punya banyak sekali kata. Tapi di hadapanmu, aku seketika terbata.Entah seperti ada yang salah, entah karena matamu yang indah, entah karena cerdasku yang seketika pecah.

Kamu adalah pulang bagiku, pulang bagi gemuruh yang membadai di dadaku. Kamu adalah pulang bagiku, pulang bagi anak-anak rindu. Kamu adalah pulang bagiku, tempat segala rindu beranak cucu.

-Metamorfosa Rasa-
____________

Arjun memencet sandi apartemen dan memasukinya. Sunyi. Itulah yang kini Arjun rasakan. Canda tawa renyah milik Syahna terus mengiang digendang telinga Arjun. Apakah Allah akan memaafkan saya lagi Sya?? Aku begitu merindumu, rindu senyummu, rindu wangi mu. Rindu semuanya. Ia masuk ke dalam kamar, lagi lagi sunyi menyeruak.

Dinding yang di dominasi putih itu kini kosong. Apa yang hilang? Arjun mencoba mengingat. Benar. Benar saja. Foto perkawinan, bahkan foto mereka semua hilang. Padahal sebelumnya kamar ini dipenuhi foto mereka berdua. Kamu pindahkan kemana Sya foto kita? Arjun bermonolog sendiri. Dengan segera ia keluar dari kamar yang terasa menyesakkan itu. Arjun dapat merasakan bagaimana rasa kekecewaan yang Syahna rasakan. Bisa bisanya ia menjadi Calon Orang tua yang brengsek.

Duduk termenung di depan televisi yang tidak dinyalakan adalah pilihannya. Berbagai macam asumsi masuk kedalam otaknya yang terasa penat. Tunggu!! Ia belum masuk ke kamar yang akan dimiliki oleh anaknya itu. Apa ia sanggup melihat lagi? Ya Allah selamatkan keduanya. Hamba mohon kepadamu. Dengan berat hati Arjun bangkit dan menuju kamar itu. Betapa terkejutnya saat ia membuka pintu. Kapan kamu menyiapkan semua ini, Sya? Mengapa tidak menyuruh saya saja untuk membuat semua ini? Bisa arjun bayangkan betapa susahnya Syahna mendekorasi isi ruangan ini.

Lampion dan berbagai macam lampu lainya yang digantung begitu indah. Arjun mencari stop kontak dan menyalakan lampu tersebut, ia tersentuh ketika lampion itu menyala, terangnya menerangi dengan cahaya yang pas. Disudut kanan, terlihat dinding yang sudah dipasang wallpaper dengan warna biru muda. Dengan dihiasi tulisan sebuah nama. Naima Arsya Humaira & Sidqi Arsyad Siregar? Siapa kedua nama ini? Apakah bayi yang akan di lahirkan Syahna adalah anak kembar? Mengapa dokter Zio tidak memberitahunya? Mata nya menelitik seluruh isi ruangan. Mata nya tertuju pada sebuah diary berwarna biru muda juga.

Sya maafkan saya. Lagi lagi Arjun menyalahkan dirinya sendiri. Seketika ponselnya berdering dan Arjun merogoh saku celananya.

Bisa bertemu sebentar? Sapanya di seberang. Tidak biasanya perempuan itu berucap tanpa mengucapkan salam.

Ada apa? Arjun menjawab dibalik ponsel nya.

Saya ingin mengobrol langsung Mas.

Tidak bisa, nanti saja. Arjun menutup panggilan secara sepihak. Namun saat Arjun bangkit hendak pergi ke kamar nya hendak membersihkan diri. Bel apartemen berbunyi. Membuat Arjun berjalan membukanya.

"Assalamualaikum. Boleh masuk?"

Arjun mengangkat alisnya. "Lagi apa kamu di apartemen saya?!"

Perempuan itu tersenyum menang. "Memangnya tidak boleh? Saya kan yang seharusnya jadi istri kamu, Mas."

"Cukup. Kamu pergi dari rumah saya."

Tanpa permisi, perempuan dengan gamis panjang itu masuk begitu saja dan duduk diruang tamu. Membuat Arjun kesal bukan main.

"Mas, mau saya bikinkan apa?" Ucapnya dengan membuka niqab yang dikenakannya.

Arjun memalingkan wajahnya. "Cukup Rania. Kamu bisa pergi dari rumah saya."

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang