Akhirnya aku sudah berada di sebuah titik. Dimana aku melihatmu, sudah tidak kagum lagi.
-Syahna Diera-
-Metamorfosa Rasa-
***
Tak pernah kamu pahami bahwa memutuskan dingin adalah cara paling menyedihkan untuk mati. Cara terbaik untuk membunuh rindu yang semula bagai bara api. Entah kenapa pagi ini terasa begitu berat, lebih berat lagi. Sudah hampir seminggu pasca banyak drama dalam hidupnya, Syahna merasakan kepala yang begitu penat, tubuh yang begitu terasa linu. Bibir yang mudah kelu, begitu pun tatapannya makin hari makin buram.Pagi ini ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter, tentu bukan Arjun dan tanpa sepengetahuan nya ia pergi menemui Hassan. Dokter spesialis syaraf tentunya yang selama ini menjadi dokter pribadinya. Bagi Syahna semua yang di deritanya tentu hanya dirinya dan Hassan begitupun Allah yang tahu. Tidak boleh ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang dialaminya.
"Pagi Dok." Sapa Syahna saat memasuki ruang praktik kerja Hassan. Tentu Syahna datang lebih awal, karena sudah ada janji temu sehari sebelumnya.
"Bagaimana sekarang? Sudah ada perkembangan? Apa yang di rasakan?"
Syahna mengernyitkan kan alisnya dan mencoba menjelaskan apa yang ia rasakan seminggu terakhir ini. "Jadi aku harus gimana ya Dok?"
Setelah melakukan diagnosis, Hassan kemudian Syahna yang di anjurkan melakukan pemeriksaan neurologis. kemudian melakukan pemindaian Computed Tomography lagi. Tentu Syahna yang mengiyakan karena apapun yang menjadi syari'at akan kesembuhan nya, Syahna akan lakukan.
"Kamu tunggu di depan ruang CT ya. Nanti ada dokter yang mengintruksikan selanjutnya." Syahna hanya mengangguk mengiyakan.
Sembari menunggu, Syahna memutuskan untuk melakukan Shalat Dhuha terlebih dulu. Bahkan sebelum itu ia sempat mengecek ponselnya namun tidak ada notifikasi sama sekali. Mungkin Zibran yang sedang asik dengan Jessie, dan Dokter dingin itu pasti sedang kerja. Syahna bermonolog sendiri.
Ia memasuki Mushalla yang letaknya tak jauh dari tempat praktik Dokter Hassan. Kemudian dengan khusyuk Syahna mengambil air wudhu. Dan mengambil mukenah, dilihatnya sekeliling masih ada beberapa orang yang sedang melakukan shalat Dhuha. Membuat Syahna sedikit lega. Syahna yang kini sudah mulai terbiasa melakukannya, tentu karena bimbingan sahabatnya itu, Rania. Tentu Arjun pun. Ah ia jadi rindu sahabatnya itu.
Setelah selesai, tak lupa ia berdzikir, menyebut Asma Allah dalam hatinya. Terasa getir, ia tahu selama ini dirinya yang selalu merasa tidak peduli akan larangan dan anjuran dalam Islam. Tak kuasa ia menahan air matanya yang kian meluruh. Namun lantunan itu? Membuat ia ingat kembali akan getaran itu, getaran hati yang membuat dirinya tersadar bahwa ia adalah umat Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA RASA (END✓)
RomanceApa yang membuatmu bertahan pada laki-laki yang salah Syahna? Apa hatimu terbuat dari baja sehingga mampu menerima dia yang tak cukup hanya dengan satu perempuan? Ya, Syahna Diera Hutomo adalah perempuan yang sudah terhanyut pada cinta yang salah. D...