5) Dasar labil

476 61 1
                                    

Kalau rindu harus tentang pulang, harusnya tak perlu aku lagi lagi datang ke tempat yang hanya pantas dikenang.

Kalau rindu harus tentang pulang, tak mau aku selain padamu, tak mau aku selain di dadamu yang tenang.

Kalau rindu harus tentang senja, maukah kamu tenggelam di dadaku saja?

-Metamorfosa Rasa-

***

Kali ini mentari menyapa dengan energi yang lebih. Jam masih menunjukan pukul enam pagi. Tapi ia menggoda Syahna dengan semangatnya. Sepertinya dia tau kalau Syahna semangat sekali bersekolah. Syahna melihat pantulan dirinya di cermin. Ia menyukai dirinya yang sederhana. Tanpa riasan. Baginya ini cukup.

Dengan rambut yang di kuncir kuda. Syahna menyelempangkan tas di pundaknya. Dan menuruni anak tangga satu persatu. Wangi maskulin khas milik Zibran sudah tercium di Indra penciuman Syahna. Syahna melihat kebawah. Zibran sudah duduk dimeja makan bersama Mama Anis.

Syahna sempat geli mendengar apa rencana Zibran waktu itu, Syahna tau meski itupun usulan dari Mama Anis tentunya, tapi tetap saja membuat Syahna kegelian. Zibran yang berencana akan menikahi nya seusai lulus SMA, dan melanjutkan kuliah dalam ikatan yang sah. Berarti hal itu akan terjadi sebentar lagi, tapi mengapa ada sesuatu yang mengganjal dalam hati Syahna, bukankah itu bagus untuknya? Kenapa di saat seperti ini, ia malah sibuk memikirkan lelaki dengan lantunan merdu itu?

"Pagi my princess nya Zibran." Godanya. Anis terkekeh geli. Apalagi Syahna yang kaget dibuatnya. Pagi ini berlalu seperti biasanya, mereka yang menyantap sarapan. Setelah selesai sarapan. Mereka berpamitan pada Anis.


"Pake mobil gue aja ya. Gue takut lo kenapa kenapa kalo pake motor." Ajaknya.

"Mmm gausah deh. Motor aja Zibran. Lagi pula gue udah gapapa kok."

"Yaudah tapi pake jaket ya.." Ucapnya sembari memakaikan jaket milikya pada Syahna. Hangat. Jaket nya maksudku.


Selama perjalanan kami berdua terganggu oleh ponselnya Zibran yang sedari tadi berdering. "Angkat aja dulu. Kayaknya urgent banget bran." Ucapku sedikit berteriak.


Kami menepi, Zibran membuka ponsel nya. Dan menjawab panggilan.

"....."

'Kenapa gabilang dari tadi sih? Nanggung nih udah di jalan.' Zibran menegaskan.

"....."

"Yaudah iya. Tunggu gue kesitu sekarang."

Zibran menutup ponsel nya dan menengok kebelakang. Melihat Syahna yang seakan mengisyaratkan 'siapa?'

Ada apa sih? Batin Syahna bertanya sendiri.

"Sya barusan Jessie telpon gue. Katanya mobilnya mogok. Gue harus jemput dia. Gapapa ya?" Apa? Bisa di ulang ga ngomongnya? Batin nya bermonolog lagi.

"Atau gini aja deh. Lo gue anterin kesekolah dulu. Abis itu gue jemput jessie. Gimana?" Lanjut nya.

Syahna berusaha mencerna kata kata yang keluar dari mulut Zibran, dan menetralisir keadaan. "Gausah bran. Gue bisa pake angkot." Syahna turun dari motor nya. Tanpa menoleh ia berusaha berjalan menjauhi Zibran. Syahna mempercepat langkah kakinya. Zibran tau gak sih kalo aku cemburu?

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang