45) Poligami???

618 29 0
                                    

Sesekali kamu harus hitung lagi, berapa banyak perasaan yang datang berkali-kali dan kian bertambah. Ada yang tak terhitung, rindu yang mulai tumbuh berkecambah.

Sesekali kamu harus pergi agar tahu bahwa jalan pulang adalah seindah-indah jalan titik agar kamu tahu bahwa menunggu bukan guyonan.

-Metamorfosa Rasa-
_______

"Mas, saya mau jadi istri kedua."

Arjun bangkit, pendengaran nya seakan tercekat mendengar apa yang keluar dari mulut Rania. "Kamu sudah gila?"

"Saya rela menjadi yang kedua Mas, tidak apa apa. Saya mohon. Nikahi saya sekarang juga sebelum Syahna bangun dari koma nya!!!!"

"RANIA!!! Bahkan jika saya belum menikahi Syahna, mungkin saya tidak akan menikahi kamu. Kamu sadar, kamu telah merusak harga diri kamu sebagai perempuan. Di dunia ini laki laki bukan hanya saya.!!" Arjun kepalang kesal. Kemudian ia membuka ponsel dan mengirim pesan pada Kaffa.

Rania masih menangis tersedu-sedu dibalik hijab, dan meremas niqabnya. "Bahkan jika Mas lebih sering bermalam dengan Syahna, saya Ridha. Asal saya menjadi istri Mas."

Arjun tak menggubris nya. Mencoba menahan amarahnya. Ada apa dengan Rania? Mengapa ia bersikap begitu. Arjun menghembuskan nafas gusarnya. "Pernikahan bukan semata bermalam dengan siapa Rania. Astaghfirullah Rania. Saya sudah tidak mengerti jalan pikiran kamu. Saya menolak mentah-mentah ajakan konyol kamu itu. Saya tidak ingin ada orang ketiga dalam pernikahan saya."

Rania tertawa membuat Arjun mengernyitkan dahi nya. "Bahkan Mas sendiri adalah perebut tunangan orang lain. Mas adalah orang ketiga dalam hubungan Zibran dan Syahna!! Mas merusak hubungan mereka. Jadi apa bedanya Mas dengan saya."

Apa Rania bilang? Zibran? Jadi selama ini ia mengenal Zibran? Bahkan mengetahui kebenarannya antara dirinya dan Zibran. "Terlepas dari masa lalu saya. Pada kenyataannya Syahna tetap memilih saya untuk menjadi suaminya." Arjun menegaskan. Ia tak ingin semuanya menjadi lebih rumit.

Bel apartemennya berbunyi, dengan lega Arjun kemudian setengah berlari dan membukakan pintu.

"Cepet masuk."

"Santai Bro. Gue belum ucapin salam."

Arjun menarik Kaffa. "Waalaikumsalam. Ayo masuk."

Dan Kaffa akhirnya masuk dan dapat terlihat betapa kagetnya saat ia melihat sang adik ada di apartemen sahabat nya, dengan keadaan niqab yang terbuka. Tidak biasanya.

"A..Abang?" Rania gelagapan.

Seketika Kaffa menaikkan alisnya mencoba menanyakan apa yang terjadi. "Lagi apa kamu disini, dek?" Tanya pada sang adik. "Lo gak ngapa-ngapain sama adik gue kan?" Pertanyaan konyol yang ditujukan pada Arjun itu membuat Arjun kian geram.

"Sebaiknya kamu bawa adik kamu pulang, biar nanti saya jelaskan. Atau mungkin adik kamu bakal jelasin sendiri semua ucapannya pada kamu. Saya harus segera balik ke rumah sakit."

Kaffa menghela nafas. "Jangan buat gue panik. Ini ada apa?"

"Bang. Rania bisa jelaskan, kita pulang sekarang ya." Bujuknya, karena jika Arjun kepalang jujur. Mungkin Abangnya akan mengoyak tubuhnya seperti serigala kelaparan.

Namun sebelum Kaffa keluar dari apartemen, ia kembali bertanya. "Apapun yang udah kalian bicarakan. Gue minta maaf atas kelakuan adek gue yang sembarang masuk ke rumah suami orang. Salam buat Syahna Ar, cepet siuman."

"Nanti saya sampaikan. Jazakallahu Khairan."

Sepeninggal Rania dan Kaffa, Arjun kembali duduk termenung. Apa yang Rania bilang barusan jelas jelas membuat Arjun semakin yakin jika ia tidak memilih istri. Menyebut nama istri membuat hatinya semakin menciut, semakin hari semakin ia takut dengan pilihannya. Terlebih Syahna yang tidak sadarkan diri hingga sekarang. Astaghfirullah, saya serahkan semuanya kepadamu ya Rabb. Hanya kepada engkaulah kami dipulangkan.

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang