43) Pilihan

445 29 0
                                    

Selamat membaca ✨
.
.

Bahagia tak selalu tentang bunga, ya boleh saja datang bersama hujan titik atau, datang bersama angin basah, daun jatuh, juga dari matamu yang rapuh.

begitupun luka, ya tak melulu soal pisau dan puisi. Luka boleh saja datang dari senyum yang lengang dari tetapnya yang sayang. Tak tahu betapa hatinya ingin kamu buat tenang.

Begitupun aku padamu, seperti kamu padanya. Mencintaimu tanpa kata, seperti kamu padanya.

-Metamorfosa Rasa-
________________________

Bughhhhh
"INI BUAT LO KARENA UDAH JADI SUAMI GAK BECUS."

Bughhhh.
"INI BUAT LO KARENA LEBIH MILIH ANAK LO DARI PADA ISTRI LO"

Bughhhh.
"INI BUAT LO KARENA UDAH REBUT SYAHNA DARI GUE!!" Tatapan nyalang di tujukan tidak lain pada Arjun Alkahfi Siregar. Zibran masih mengepalkan kuat kuat tangannya, terlihat sudut bibir Arjun yang keluar bercak darah, tapi demi apapun Zibran tidak merasa iba sama sekali.

Arjun mengusap sudut bibir nya. "Kalau kamu di posisi saya. Saya yakin kamu akan lakukan hal yang sama."

Bugggghhhh. "Shit. ALIBI LO ITU. GUE PAHAM BETUL."

Arjun tidak mengubris, ia hanya berlalu begitu saja meninggalkan Zibran karena baginya menyelesaikan masalah dengan emosi tidak akan selesai sampai kapanpun. Ibarat api di balas dengan api.

Pikirannya masih mengingat kejadian kemarin dengan kentara, bagaimana ia harus memilih pilihan tersulit yang terberat dalam hidupnya.

"Mohon maaf sebelumnya dok, tapi antara bayi dan ibu hanya salah satu yang dapat kami selamatkan." Masih terdengar jelas setiap kata yang keluar dari mulut dokter Zio. Membuat Arjun memanas. Apa pilihannya mampu Syahna maafkan? Apakah ia akan hidup seperti sedia kala tanpa sebuah rasa penyesalan?

"Selamatkan istri saya."

Maafkan Abba nak, abba gak tahu harus jawab apa. Meski Abba milih untuk selamatkan Amma, Abba yakin kamu akan selamat, ketemu Abba di dunia ini.

Arjun duduk lemas begitu saja di ruang tunggu tepat di depan ruang ICU. Namun Syahna masih belum melewati masa kritis nya. Membuat Arjun diterpa rasa bersalah yang kian membuncah. Ia tak menyesali karena sudah di hajar oleh Zibran, ia memahami perasaannya jika ia tak ingin melihat Syahna tertimpa kejadian seperti ini untuk kedua kalinya. Ia tak menyesali karena sudah mengabari Zibran akan insiden ini. Bagi Arjun, Zibran tetaplah Zibran yang notabene nya masih berstatus keluarga Syahna.

"Arjun!!!!!" Arjun terperanjat dalam pikirannya yang dilema saat suara berat terdengar memanggilnya.

Arjun hanya berdiri lemas, dengan keadaan yang masih bisa di bilang 'kacau'. "Abi, maaf Arjun belum sempat mengabari."

"Kamu anggap apa kami ini nak?" Hanna kian tersulut emosi namun tangan nya tetap saja senantiasa memeluk tubuh Arjun yang kian rapuh itu.

"Susah untuk dijelaskan Umi."

Azzam membuka suara berat nya. "Tetap saja. Kami adalah orang tua kamu, orang tua Syahna juga. Bagaimanapun kalau ada sesuatu terjadi pada menantu Abi, kami harus tahu."

Arjun hanya mengangguk lemas, "Baik Abi, maafkan Arjun."

Setelah lama berbincang dan Arjun sesingkat mungkin menceritakan kesalahpahaman mereka berdua akhirnya Umi dan Abi dapat mengerti, ia tak ingin menambah beban kedua orangtuanya karena ke egoisannya sendiri, Arjun sudah dewasa. Bagaimanapun ia harus menanggung semua resikonya sendiri.

METAMORFOSA RASA (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang