Chapter 48

419 95 0
                                    

Dari kampus, Bian langsung ke rumah Avian, yang membuat laki-laki itu bingung dengan tingkah Bian beberapa minggu ini, tepatnya setelah pulang kegiatan musik camp, Bian sering menghabiskan waktu bersamanya, entah untuk minum di cafe, fantasia, ber...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari kampus, Bian langsung ke rumah Avian, yang membuat laki-laki itu bingung dengan tingkah Bian beberapa minggu ini, tepatnya setelah pulang kegiatan musik camp, Bian sering menghabiskan waktu bersamanya, entah untuk minum di cafe, fantasia, bermain basket, joging, atau bahkan hanya sekadar bermain playstation.

Saat ini Bian terlihat tengah sibuk menekan-nekan stik di tangannya tanpa sedikitpun melepaskan pandangan dari layar televisi di depannya, sambil sesekali mencomot cemilan di atas meja dan meminum es teh yang sangat segar di siang panas seperti ini.

Suara berisik dari playstation memenuhi ruang tamu rumah Avian, ditambah sesekali teriakan kesal Avian yang sudah dikalahkan telak tiga kosong oleh Bian.

"Dikit lagi, dikit lagi!" teriak Avian saat bola hampir mendekati gawang Bian.

"Yaah!" teriaknya frustrasi karena bola melesat jauh dan gagal membobol gawang Bian.

Bian terkekeh saat melihat skor permainan mereka saat ini 3:0. Tiga untuknya dan kosong untuk Avian. Sejak tadi, Avian bahkan belum mencetak gol sama sekali.

"Dahlah! Kalah mulu gue main sama lo," ujar Avian sambil meletakkan stiknya di atas meja lalu menyeruput es tehnya.

Bian kembali terkekeh, "Kalah main playstation dong lo ngambek," ujarnya sambil ikut meminum teh dinginnya.

"Iya lah, bagi laki-laki ini harga diri!" celetuk Avian sambil menyikut lengan sahabatnya itu.

"Ngga tahu lah, gue ngga pernah kalah soalnya, jadi ngga tahu rasanya."

"Sialan lo!" maki Avian yang membuat Bian kembali terkekeh.

"Lo ngga ada kerjaan yah Bi?" tanya Avian penasaran.

Bian menoleh dengan kening berkerut, "Kenapa?"

Avian menarik napas panjang, "Ngga, gue heren aja sama sikap lo akhir-akhir ini," ujar laki-laki itu khawatir.

Bian menautkan alisnya, "Heran kenapa?"

"Lo sadar ngga sih, kalau tiap hari ngajak gue ketemu?"

"Sadar," jawab Bian.

"Kenapa?"

"Ya ngga papa, apa salahnya ngajak temen buat ketemuan."

Avian menggeleng, "Ngga Bi, lo biasanya bahkan males kalau gue aja ke luar."

Bian menghela, "Gue cuma mau menghabiskan waktu bareng lo."

"Kan kita masih punya banyak waktu, besok masih ada, lusa juga, minggu depan, bulan depan, tahun depan juga masih bisa Bi."

Bian terdiam sambil menatap gelas teh di atas meja, "Lo ngga suka ketemu gue?"

"Bukan gitu Bi."

"Terus?"

"Lo lupa kalau juga punya pacar? Ntar Tiaia cemburu lagi sama gue," ujar Avian sambil terkekeh.

Bian menggeleng sambil mencomot kerupuk kentang di depannya, "Dia masih sibuk ujian."

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang