April berbaring bosan di kasurnya, matanya berpendar ke seluruh kamar, bahkan jam dinding sudah hampir bolong ditatapnya. Entah kenapa jarum jam itu terasa sangat lama pergerakannya, padahal ia sudah lima ronde bermain playstation, namun entah kenapa jam masih saja menunjuk pukul dua siang.
Kamar laki-laki itu sangat luas, bahkan setelah dipenuhi peralatan gym, kamar April masih cukup besar untuk dijadikan basecampnya bersama para sahabatnya. Poster-poster band metal berjejer di dinding kamar dengan wallpaper hitam.
Sebuah lemari besar terbuka di samping tempat tidurnya, sangat berantakan dengan baju-baju yang tidak tersusun rapi, bahkan sebagian baju entah itu kotor atau masih bersih berserakan di lantai, di atas meja belajarnya hanya ada komputer yang ia biarkan hidup dan seonggok majalah.
Di atas nakas di samping lampu tidur, berserakan sampah makanan dan beberapa bekas minuman kaleng yang dibiarkan tergeletak begitu saja.
Kamar April benar-benar berantakan, saat malam hari, kadang laki-laki itu mengundang Rendi dan Riyan untuk ke rumahnya, dan bergadang sampai subuh di kamarnya bermain game atau hanya sekadar bercerita sambil makan kacang atau merokok. Bisa bayangkan bagaimana berserakannya kamar itu setelahnya.
April menghembuskan napas kasar, sudah beberapa kali dihubunginya Rendi dan Riyan untuk mengajak keduanya nongkrong bareng, tapi ponsel mereka tidak aktif, kemana pula dua orang itu siang-siang begini saat April sangat membutuhkan keduanya.
Setelah memutuskan semua pacarnya, April jadi sering di rumah, biasanya ia sudah diajak pacarnya ke salon, atau sekedar menemani belanja ke mall, dan beragam aktifitas lainnya yang membuat April cukup jengkel setengah mati itu.
Untung saja ia sudah putus, jadi ia tidak perlu repot-repot mengerjakan hal yang dibencinya itu lagi, saking bencinya, April bahkan lebih memilih nongkrong bersama Rendi dan Riyan dari pada harus menunggu berjam-jam di salon atau menemani berbelanja di mall yang pasti akan membuat dengkulnya copot.
"Halo! Ren! Huft, akhirnya lo angkat juga," ujar April lega karena akhirnya dia berhasil menghubungi Rendi setelah beberapa kali mencoba.
"Ngapain lo nelpon sampai lima kali gini?" tanya Rendi bingung, karena saat ia mengaktifkan ponselnya kembali, ada lima panggilan tidak terjawab dari April.
"Lagian ngapain lo baru ngangkat sekarang?" Bukannya menjawab, April malah balik bertanya.
"Kebiasaan lo! Gue nanya lo malah balik nanya."
"Gue bosan di rumah, ke luar yuk." rengek April mengutarakan betapa bosannya ia saat ini.
"Ntar malam deh yah, sekarang gue lagi nemenin nyokap pergi arisan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di luar jangkauan (END)
General Fiction⚠️[CERITA INI BELUM DIREVISI!] Perjuangan cinta gadis gengsian bernama Tiaia Rosaline, yang dipaksa ke luar dari zona nyaman oleh para sahabat gilanya demi mendapatkan cinta pria yang sudah lama ia kagumi ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan...