Chapter 13

606 112 4
                                    

"Ayolah Ney!" Tiaia menggoyangkan tubuh sahabatnya itu sambil mengedip-ngedipkan mata membujuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayolah Ney!" Tiaia menggoyangkan tubuh sahabatnya itu sambil mengedip-ngedipkan mata membujuk.

Neysa masih terlihat tidak peduli, dan memilih membuka laptopnya. Mulutnya sudah berbusa mengatakan kalau ia tidak bisa menemani Tiaia untuk observasi tugas jurnal ke Fantasia malam ini, karena harus latihan dengan club tari untuk persiapan mengisi acara hajatan khitanan-nya anak pak walikota besok pagi.

"Gue ngga bisa Aia! Gue dapet job di acara khitanan-nya pak walikota," jelas Neysa lagi karena Tiaia tidak kunjung mengerti dengan ucapannya.

"Hah!?" Tiaia memandang langit-langit kamarnya.

"Eh maksud gue anaknya," ralat Neysa sambil terkekeh, "Gara-gara lo gue salah sebut," dengkusnya.

"Berdosa banget lo, ya kali pak walikota belum sunat," ujar Tiaia sambil terkekeh geli.

"Lo sih nyinyir!"

"Lo ngga kasihan apa sama gue?" ringis Tiaia sambil menghela kesal dan tetap memaksa dengan raut wajah yang dia buat semenyedihkan mungkin.

"Minta tolong Khiara sana! Atau Keily. Gue ntar malam beneran ngga bisa nemenin lo," ujar Neysa sambil mendorong wajah Tiaia menjauh dari hadapannya.

"Tadi udah gue tanya, kata Keily dia mau pergi makan malam sama pacarnya," jelas Tiaia.

"Khiara udah lo tanya?"

"Belum," jawab Tiaia.

"Gue jamin dia bakal nemenin, kalau lo kasih iming-iming," ujar Neysa tanpa menoleh, dia masih fokus mengetikkan sesuatu di kolom pencarian google.

"Contohnya?" tanya Tiaia bingung.

"Terserah lo aja! Udah sana, gue sibuk!" teriak Neysa sambil mendorong Tiaia yang duduk di sebelahnya, membuat gadis itu jatuh dari ranjang dan mendarat dengan mantap di lantai kamar.

"Temen terkutuk lo! Udah ngga mau nolongin, sekarang malah nyakitin!" maki Tiaia sambil menggosok bokongnya, lalu dia segera keluar dari kamar Neysa dengan menghentakkan kakinya kesal.

*******

Melihat pintu kamarnya terbuka, Tiaia tersenyum nakal, langkah kakinya sengaja dia pelankan, agar Khiara tidak menyadari kehadirannya.

"Bwaa!" teriaknya dari ambang pintu, bermaksud hendak mengejutkan.

"Eeh!? Mana tu anak?" kening Tiaia berkerut, matanya memutari seisi kamar.

"Kandang Bimo sekeluarga juga ngga ada, kemana mereka? Jalan-jalan sore?" batin Tiaia.

"Khia! Khia!" teriaknya mencari keberadaan Khiara.

"Hah!?" sahut Khiara dari jauh.

Mendengar teriakkan itu, Tiaia menghentikan langkahnya dan mencoba memfokuskan pendengaran untuk mencari dari mana sumber suara itu.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang