Chapter 45

477 94 1
                                    

Avian terperanjat dengan wajah pias, "Ta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Avian terperanjat dengan wajah pias, "Ta...tapi kak."

"Ngga ada tapi tapi, gentle dong lo!" ujar Ridho, kemudian ia bertepuk tangan, "Ayo maju! Maju! Ayo maju! Maju!" ujar Ridho mulai bernyanyi.

Lantas semua orang di sana langsung ikut bertepuk tangan dan bernyanyi mengikuti Ridho, bahkan Bian pun ikut bertepuk tangan sambil menahan tawanya.

Tiaia yang mengetahui kejadian yang sebenarnya, hanya geleng-geleng sambil terkekeh, malam ini dia melihat sisi lain Bian, bahwa ternyata laki-laki itu cukup jail.

Lama betul rasanya!

Lama betul rasanya!

Karena Avian belum kunjung berdiri, Ridho dan yang lainnya mengganti lirik lagu yang menunjukkan mereka sudah terlalu lama menunggu.

Akhirnya dengan sedikit terpaksa Avian bangkit dari duduknya, bagaimana pun juga, ini menyangkut harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Sebelum berjalan pergi, ia sempat mengacungkan jari tengah pada Bian yang mengisyaratkan kekesalannya pada laki-laki itu, namun Bian malah semakin terbahak sambil melambaikan tangan ke arah sahabatnya itu.

Avian sudah berdiri di tengah-tengah lingkaran, sambil mengaduk-aduk kotak yang berisikan kertas hukuman atau pertanyaan apa yang akan ia dapatkan.

Satu kertas sudah di tangan Avian, lalu ia menyerahkannya pada Ridho. Perlahan Ridho membuka gulungan kertas itu, yang membuat Avian harap-harap cemas, kira-kira hal apa yang ada di balik kertas itu.

Dan benar saja, setelah membacanya, Ridho malah sudah tertawa lebih dulu, yang membuat Avian seketika terkena serangan panik.

"Menirukan lima jenis binatang dengan gerakan dan suaranya sekaligus!" ujar Ridho setengah berteriak.

Mendengar itu, semua orang tertawa, Bian bahkan sudah memegangi perutnya. Wajah Avian semakin bertambah pias, beberapa detik ke depan ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri dan menjatuhkan martabatnya ke pusat bumi.

"Kok lo jahat sih Bi?" bisik Tiaia sambil menatap iba Avian.

"Emang lo pikir gue baik?" tanya Bian sambil menoleh.

Tiaia mengangguk, "Gue tahu kok, luarnya doang lo jahat, tapi lo sebenernya baik."

"Jangan sok tahu."

Tiaia mengerutkan bibirnya sambil menegadah, "Bi," panggilnya

"Hmm?"

"Liat, ada bintang jatuh."

Bian ikut menengadah menatap langit malam yang begitu cerah dengan ribuan bintang terhampar di sana.

"Buat permohonan," titah Tiaia.

Bian menoleh, "Lo percaya hal begituan?"

"Ya ngga ada salahnya kan di coba," ujar Tiaia sambil menutup matanya membuat permohonan.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang