Chapter 15

639 116 1
                                    

Khiara mendengkus untuk kesekian kalinya, staf di depannya ini sangat menjengkelkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khiara mendengkus untuk kesekian kalinya, staf di depannya ini sangat menjengkelkan. Padahal ia sudah menjelaskan kalau temannya Tiaia ada di dalam, tapi staf itu tidak kunjung paham juga.

Awalnya karena tidak diperbolehkan masuk, Khiara mengira Tiaia langsung pulang dan meninggalkannya, tapi pikirannya mengatakan Tiaia tidak akan mungkin melakukan itu, karena pastinya Tiaia akan lebih memilih baku hantam dengan staf di fantasia ini, dari pada harus mengulang mata kuliahnya dengan bu Reni.

Tapi pertanyaannya, kenapa Tiaia bisa masuk, padahal ia juga belum reservasi?

"Apa Tiaia nyamar jadi tikus yah?" batin Khiara.

"Ayolah pak! Teman saya di dalam," bujuknya lagi.

"Maaf mba ngga bisa," tegas staf itu.

"Ntar saya kasih kuaci deh."

"Mba pikir saya bisa disogok? Apalagi cuma sama kuaci doang."

"Kalau gitu kuaci ditambah kacang deh," ujar Khiara sambil terus mencoba untuk menerobos masuk beberapa kali saat staf itu lengah, namun selalu berhasil ditahan oleh laki-laki berbadan bongsor dan berkepala botak itu.

"Bapak maunya apa sih!?" kesal Khiara

"Mba yang maunya apa?"

"Saya maunya masuk, temen saya ada di dalam."

"Kan saya udah bilang dari tadi, kalau pengunjung baru harus reservasi sehari sebelumnya dulu, kalau gitu reservasi sekarang besok mba balik lagi ke sini."

"Ngga bisa besok pak! Harus hari ini! Saya cuma nemenin teman saya buat penelitian, dan dia udah di dalam, makanya izinin saya masuk," jelas Khiara panjang lebar dengan sisa kesabarannya.

"Maaf mba, lebih baik mba tunggu temannya di luar saja yah."

"Nggak bisa gitu dong pak!"

"Jangan bikin keributan di sini mba, liat pelanggan lain juga banyak yang mau kami layani," ujar staf itu sambil menunjuk pada antrian panjang karena ulah Khiara yang protes di depan pintu masuk itu.

"Aaakhhh, dasar botak!" umpat Khiara.

Khiara menendangi karpet merah dibawahnya, lalu bergeser untuk memberi jalan pengunjung lain. Saat itu, tak sengaja matanya melihat Bian yang keluar dari fantasia, dengan linglung.

Kening gadis itu berkerut bingung, "Bian!?"

Bumi saat ini sedang berputar dalam pandangan Bian, meskipun penglihatannya sudah tidak begitu jelas, namun dia masih tetap melangkahkan kakinya meski gontai. Di matanya, entah kenapa tiba-tiba semua orang memiliki kembaran, bahkan pintu keluar fantasia yang baru dia lewati rasanya berjumlah empat padahal itu cuma dua.

Kepalanya benar-benar pusing, perutnya mual, pikirannya kemana-mana. Meski sudah beberapa kali mencoba fokus, namun lagi-lagi Bian gagal. Badannya panas, dia benar-benar sedang dalam pengaruh alkohol.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang