Chapter 41

445 93 1
                                    

"Ayo cepat! Lari!" teriak Ridho menggunakan Toa di genggamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo cepat! Lari!" teriak Ridho menggunakan Toa di genggamannya.

Lantas orang-orang dengan baju warna-warni itu segera berlari menuju sumber suara, Tiaia juga berada di tengah-tengah mereka dengan kaus abu-abu polosnya.

"Baris yang rapi dengan kelompok masing-masing," ujar Ridho lagi, yang membuat lapangan sepakbola itu ribut seketika, ada yang berebut barisan dan ada pula yang masih mencari pasangan kelompok mereka masing-masing. Termasuk Tiaia, yang masih celingak celinguk menemukan keberadaan pacarnya yang juga sekaligus pasangan kelompoknya.

Lapangan sepakbola itu kini sudah dipenuhi oleh semua anggota club musik yang akan pergi ke Sabana Camp untuk kegiatan music camp. Masing-masing kelompok menggunakan warna kaos yang berbeda-beda, tujuannya untuk memudahkan panita dan anggota kelompok mengenali pasangan kelompok mereka masing-masing.

Seperti sekarang, mata Tiaia hanya fokus mencari laki-laki yang memakai kaos abu-abu, karena hanya ia dan Bian pemilik warna itu, meskipun begitu, dari sekian banyak warna dan orang di lapangan itu, Tiaia belum juga menemukan Bian.

Semua orang sudah berdiri di samping pasangan mereka masing-masing, bahkan Avian dan Meisa terlihat begitu mencolok dengan kaus merah mereka.

Sekitar lebih kurang seratus orang sudah berbaris rapi di lapangan, mendengarkan pengarahan dari ketua club musik sebelum berangkat dengan bus pariwisata yang sudah berjejer di depan kampus.

"Kenali pasangan kalian, jangan sampai tertukar, apa gunanya kaosnya gue bedain kalau masih salah gandeng," seloroh Ridho yang memicu tawa semua orang.

"Siap untuk belajar dan bersenang-senang!?" teriaknya lagi menggunakan toanya yang sesekali melengking memekakkan telinga itu.

"Siap!" ujar semuanya kompak yang mengeluarkan bunyi gemuruh.

"Music camp!" teriak Ridho.

"Dengarkan irama alam, dan jadikan inspirasi! Dengan musik kita berani!" teriak semuanya menyebutkan yel-yel yang dibuat khusus untuk acara music camp itu.

"Silahkan dengan tertib mengikuti panitia menuju bus yang sudah disiapkan di depan kampus," instruksi Ridho.

Seketika barisan yang tadinya memenuhi lapangan sepakbola itu perlahan menyusut. Dengan tertib, mereka berjalan mengikuti beberapa panitia menuju empat unit bus yang akan membawa mereka ke Sabana Camp.

"Tiaia!" teriak Ridho.

Tiaia menoleh dan menghentikan langkahnya, "Iya kak?"

"Kok lo sendiri? Bian mana?" tanya Ridho bingung.

Tiaia menghela dan menatap sepatunya nanar, "Ngga tahu kak."

"Loh, kok bisa ngga tahu? Kan lo kelompoknya. Kalau dia ngga datang, lo doang yang ngga ada pasangannya," ujar Ridho mulai panik.

Tiaia hanya diam mendengarkan celotehan Ridho, ia juga bingung mau menjawab apa, haruskah Tiaia mengundurkan diri? Tapi gadis itu benar-benar tidak tahu kemana Bian dan apa yang terjadi. Bahkan ponsel laki-laki itu sudah tidak aktif dari pagi.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang