Suasana di kantor polisi sangat ramai, kantor itu tidak ada istirahatnya, kejahatan seperti tidak ada habis-habisnya. Polisi selalu bekerja ekstra, kesibukan itu bahkan berlangsung siang malam.
Polisi-polisi itu tampak benar-benar lelah menginterogasi orang-orang dengan berbagai masalah dan kejahatan. Ada yang merampok, ada yang kedapatan membawa sabu, ada yang kedapatan membawa senjata ilegal dan ada yang seperti kasus Bian yaitu perkelahian dan kenakalan remaja.
Untuk kasus-kasus ringan seperti Bian, biasanya akan berakhir dengan surat perjanjian, yang ditandatangani oleh keluarga sebagai penjamin, sedangkan untuk kasus berat akan dilimpahkan ke kejaksaan.
Malam tadi, setelah Meisa menelpon polisi, beberapa mobil polisi datang ke Fantasia, sirinenya yang menyilaukan mata dan memekakkan telinga itu berhasil membuat heran dan takut orang-orang yang berada di club malam.
Saat polisi datang, Bian sudah terduduk di lantai dengan beberapa memar dan luka, begitu pun dengan April, laki-laki itu bahkan mendapat robekan di pelipisnya, yang membuat wajahnya dibanjiri darah.
Polisi membawa mereka, semua mata di club malam itu tertuju pada kedua laki-laki yang digiring polisi itu, motor Bian dibiarkan tertinggal di parkiran Fantasia.
Sedangkan Avian dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba dia tidak sadarkan diri. Tubuhnya benar-benar remuk, dia sudah cukup bertahan lama, hingga akhirnya ambruk.
"Pak, saya sudah boleh pulang kan?" tanya April.
Polisi dengan kumis tebal itu mengangguk, "Lain kali kalau kamu berkelahi lagi, akan saya masukkan ke penjara!"
"Siap Pak!" teriak April sambil memberi hormat polisi itu sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.
Meisa segera mengejar abangnya itu dengan sedikit tergesah.
"April!" teriaknya.
April menoleh ke belakang sambil tersenyum.
"Makasih udah menjamin gue, gue mau pulang, bye!" ujarnya sambil kembali melangkah.
"April!" teriak Meisa lagi, kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya.
April mendengkus kesal, "Lo mau pulang juga?"
Meisa mendekat, lalu tanpa aba-aba ia langsung menginjak kaki April dengan heels-nya.
Aauuw!
April berteriak kesakitan, laki-laki itu bahkan sampai terduduk di tanah menahan sakit.
"Kalau lo masih gangguin Bian, gue nggak akan jadi penjamin lo lagi, gue jeblosin lo ke penjara!" ancam Meisa garang.
"Gue abangnya apa bukan sih?" gumam April.
"Lo denger ngga!?" teriak Meisa.
"Iya, iyaa. Gue ngga bakal gangguin dia lagi."
"Pegang janji lo, kalau lo sentuh dia lagi, gue bunuh lo!" ujar Meisa memberi ultimatum, lantas melenggang pergi begitu saja meninggalkan abangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di luar jangkauan (END)
General Fiction⚠️[CERITA INI BELUM DIREVISI!] Perjuangan cinta gadis gengsian bernama Tiaia Rosaline, yang dipaksa ke luar dari zona nyaman oleh para sahabat gilanya demi mendapatkan cinta pria yang sudah lama ia kagumi ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan...