Chapter 47

459 91 0
                                    

Sebuah panggung sederhana namun meninggalkan kesan elegan sudah berdiri kokoh di pinggir lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah panggung sederhana namun meninggalkan kesan elegan sudah berdiri kokoh di pinggir lapangan. Beberapa meter di depan panggung itu terdapat api unggun yang sekarang tengah dikelilingi oleh semua anggota club music.

Mereka semua duduk di batang-batang kayu yang sengaja diletakkan di sekitar api unggun, beberapa orang bahkan terlihat tengah membakar marshmallow dan jagung yang telah disediakan panitia. Malam yang sejuk dan sedikit berangin itu seketika menjadi hangat karena kehadiran api unggun di tengah-tengah mereka.

Karena kejadian pagi tadi, semua panitia mengadakan rapat dadakan. pasalnya, kejadian yang hampir merenggut nyawa salah satu anggota music camp itu bukan sesuatu yang patut disepelekan.

Semua anggota dan keselamatan mereka adalah tanggung jawab penuh panitia penyelenggara, khususnya beberapa senior yang merupakan Steering Commite atau penanggung jawab kegiatan.

Meskipun semua panitia sudah mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi selama kegiatan music camp, namun kecelakaan yang menimpa Tiaia pagi tadi benar-benar di luar perkiraan semua panitia.

Dari rapat tersebut, diperoleh keputusan untuk tidak melanjutkan semua kegiatan yang direncanakan devisi acara sampai sorenya, dan hanya akan dilanjutkan dengan penampilan kolaborasi music pada malam penutupan.

Meskipun Tiaia sudah diberikan penangan oleh devisi kesehatan, tapi Ridho dan semua panitia tidak ingin mengambil resiko dan memutuskan untuk membatalkan semua kegiatan. Karena dikhawatirkan kejadian serupa terjadi lagi atau malah lebih parah dari itu, bisa-bisa unit kegiatan mahasiswa mereka ditutup pihak kampus.

Tiaia tengah duduk di salah satu kayu di depan api unggun, diliriknya sekilas jam tangannya yang masih menunjukkan pukul tujuh malam, panggung yang berada tidak jauh dari tempat ia duduk masih kosong, hanya beberapa orang dari devisi perlengkapan yang tengah mempersiapkan sound dan speaker serta beberapa alat musik yang dibutuhkan untuk penampilan anggota club music nanti.

Beberapa kali Tiaia terbatuk, dadanya masih sedikit sakit. Sejak kejadian yang mengerikan itu, ia hanya berbaring lemas di tendanya setelah sebelumnya diberi pertolongan pertama oleh devisi kesehatan, lalu Ridho tiba-tiba datang dengan raut khawatir, ia menawari Tiaia untuk ke rumah sakit saja, dan akan meneleponkan ambulance.

Namun gadis itu menolaknya, karena menurutnya ia sudah tidak apa-apa. Lagian Tiaia juga tidak ingin melewatkan malam penutupan, dan membiarkan Bian tampil sendirian, karena ia dan Bian sudah berlatih cukup keras untuk tampil di pentas seni pada malam penutupan.

"Awas, masih panas," ujar Bian yang duduk di sebelah Tiaia sambil menyodorkan marshmallow panggang ke tangan gadis itu.

"Itu ciuman pertama gue," ujar Tiaia sambil tersenyum kecut.

Bian yang mengerti dengan apa yang dimaksud Tiaia, menatap nanar gadis itu, yang membuat Tiaia meringis.

"Lo ngga bisa bedain ciuman sama CPR? Masih aja becanda, padahal hampir mati," ujar Bian sebal.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang