Chapter 11

705 127 12
                                    

"Bian! Albianza Airee!" Avian dari arah belakang berusaha mengejar Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bian! Albianza Airee!" Avian dari arah belakang berusaha mengejar Bian.

Bian yang merasa namanya di panggil, lantas menoleh. Matanya langsung menangkap Avian yang tertinggal cukup jauh, lantas ia segera menghentikan langkahnya.

"Lari lo kok cepat amat sih?" tanya Avian sambil ngos-ngosan.

"Lo nya aja yang lama, pakek acara godain cewe segala sih," Bian menatap datar sambil melepas earphonenya.

"Sambil menyelam minum air, Bii."

"Ck! Setiap ketemu cewe lo samperin," ujar Bian berdecak sebal.

Avian tersenyum kecut sambil meneguk air di botolnya.

"Tumben lo mau gue ajak joging," ujar Avian sambil menyerahkan botol air pada Bian.

Bian menerima air itu dan langsung meneguknya sampai tandas, "Lagi pengen lari."

Avian terbahak, "Lari dari kenyataan?"

Bian menatap Avian dengan tatapan tajam, yang membuat laki-laki itu mati gaya.

"Gue duluan!" teriak Avian kabur dari kemarahan Bian.
Beberapa saat kemudian, tubuh Avian sudah menghilang bak ditelan hiu megalodon.

"Bian!" langkah kaki Bian terhenti tatkala seorang perempuan meneriaki namanya.

Setelah menoleh sekilas, laki-laki itu melanjutkan jalannya, wajahnya masih datar tanpa ekspresi sedikit pun.

"Lo suka olahraga yah?" ujar Tiaia sambil berjalan di samping Bian.

"To the point aja, mau lo apa?" tanya Bian.

"Lo nggak ingat gue?" tanya Tiaia memastikan.

Karena baru seminggu yang lalu mereka bertemu di lapangan basket kampus, lantas hari ini Bian sudah melupakannya lagi begitu saja.

"Otak gue biasanya cuma mengingat yang penting sih," ujar Bian tajam.

Tiaia meneguk kasar liarnya, kata-kata Bian secara tidak langsung menegaskan bahwa ia tidak sepenting itu untuk diingat dan dikenang layaknya pahlawan nasional oleh Bian.

"Gue Tiaia dari jurusan psikologi," ujar Tiaia sambil mengulurkan tangannya.

Bukannya menyambut uluran tangan itu, Bian malah memberikan botol air mineral yang telah kosong ke tangan Tiaia.

"Tau tempat sampah di mana kan?" tanya Bian sambil mengangkat kedua alianya.

Tiaia mendengkus kesal, "Minggu lalu kita ketemu di lapangan basket, lo beli minum gue, dan gue ngga punya kembalian."

Bian hanya diam, yang membuat Tiaia semakin naik pitam.

"Lo kok diam aja sih?" tanya Tiaia geram.

"Lo mau gue ngerespon gimana?" tanya Bian menatap dingin mata Tiaia.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang