Chapter 16

614 112 9
                                    

Setelah wawancara selesai, Tiaia segera membereskan peralatannya kembali, beberapa kali gadis itu melirik jam tangannya, saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam, padahal dia bilang ke kakek jam sebelas sudah di kos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah wawancara selesai, Tiaia segera membereskan peralatannya kembali, beberapa kali gadis itu melirik jam tangannya, saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam, padahal dia bilang ke kakek jam sebelas sudah di kos.

Bahkan celotehan April di sebelahnya tidak lagi gadis itu hiraukan, pikirannya sudah tidak di sana, belum lagi Khiara yang sekarang entah di mana, apakah ia sudah pipis atau malah sudah pulang meninggalkannya, atau jangan-jangan malah diculik genderuo, pikiran Tiaia mulai kemana-mana.

Tiaia berdiri dari duduknya dan bergegas ke arah pintu.

"Lo udah mau pulang!?" tanya April dengan sedikit berteriak.

"Ya kali gue di sini sampai pagi."

April terkekeh, "Bukan gitu, nih anak hobinya suuzhon mulu ke gue yah. Maksud gue, kalau lo mau pulang biar gue anter," ujar April meluruskan, lalu ia berdiri dan mengambil kunci mobil di atas meja di depannya.

"Stop!" teriak Tiaia menghentikan langkah laki-laki itu, "Gue punya kaki, jadi bisa pulang sendiri."

"Gue juga tahu kalau lo punya kaki, tapi kan sekarang udah malem."

"Yang bilang sekarang pagi siapa?" tanya Tiaia tanpa menghiraukan ekspresi April.

"Astagfirullah Tiaia! Maksud gue tuh, karena udah malam makanya gue anter, bahaya cewe pulang malam sendirian," jelas April sambil mengacak rambutnya frustrasi.

"Siapa bilang gue sendiri? Bye!" teriak Tiaia, dan beberapa saat kemudian ia telah menghilang di balik pintu.

"Lo pulang sama siapa!?" teriak April sambil menghela panjang, dan melemparkan kembali kunci mobil ke atas meja, lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Melihat itu, semua teman-temannya tertawa sambil geleng-geleng kepala, karena April terlihat begitu kesal. Bagaimana tidak, biasanya cewek-cewek yang berebut untuk minta diantar April pulang, tapi sekarang gadis yang bernama Tiaia itu malah menolak tawarannya.

April tipe orang yang tidak suka ditolak dan selama hidupnya belum ada yang pernah menolaknya seperti ini selain gadis itu.

"Udahlah Pril! Lo jangan mempermainkan cewek lagi," ujar Riyan dengan sisa tawanya.

April menoleh, "Lo ngga liat? Gue yang malah dipermainkan," protesnya.

"Jadi karena cewe itu, lo ribut-ribut tadi? nyuruh cewek-cewek pada ke luar?" sindir Rendi.

Padahal ia baru akan bersenang-senang sedikit dengan cewe-cewe sexy itu, tapi tiba-tiba April datang sambil ribut-ribut dan mengusir semua cewe-cewe itu ke luar, padahal biasanya laki-laki itu menyukai kehadiran mereka.

Lalu setelahnya April pergi lagi dengan terburu-buru, dan kembali dengan membawa gadis yang bernama Tiaia yang entah dia culik dari mana.

Setiap April ke fantasia, ia akan selalu memesan private room dan mengundang puluhan cewek-cewek untuk menemaninya minum, tapi sekarang ia malah mengusir cewek-cewek itu, hanya demi seorang wanita yang bahkan tidak memperlakukannya dengan baik.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang