Malam semakin larut saat suara raungan motor silih berganti menyeruak membelah langit. Beberapa teriakan terdengar seperti tak mau kalah dari deru motor yang sedang berpacu disepanjang sirkuit balap liar tersebut. Kedua motor itu saling berpacu untuk mencari pengakuan sebagai raja jalanan.
Teriakan semakin kencang, saat kedua motor hampir mendekati garis finis, beberapa orang yang terlibat taruhan mulai gundah dan gugup, karena nasib mereka bergantung pada roda motor mana yang terlebih dulu menyentuh garis finis.
Motor dengan warna merah dan hitam itu kian berpacu menembus angin, saling mendahului satu sama lain, berharap menjangkau garis finis lebih cepat dan mengakhiri pertarungan untuk mendapatkan predikat sebagai raja jalanan, yang disegani semua orang.
"Yes! Gue menang!" teriak Riyan sambil bertepuk tangan.
Motor merah yang menjadi jagoannya telah berhasil lebih dulu mencapai garis finis, beberapa orang terlihat bersorak sorai dan beberapa lagi mengeluh panjang, karena uang jajan mereka yang dipakai untuk taruhan terpaksa harus mereka relakan, karena salah memilih jagoan.
"Bangke! Gue juga yakin April yang bakal menang," ujar Rendi yang kalah taruhan dari Riyan.
Riyan terbahak, "Udahlah, sini 200 ribu," tagihnya.
Rendi melirik uangnya dengan tampang menyedihkan sebelum uang itu ia berikan ke tangan Riyan, "Yaelah, mana uang gue tinggal itu lagi."
Riyan mengibas-ngibaskan uang itu di wajahnya, bermaksud menertawakan Rendi.
"Kalian belum ngeliat Bian?" tanya April yang tiba-tiba muncul dengan motor merahnya.
"Wees, selamat bro! Lo menang lagi," ujar Riyan sambil mengarahkan kepalan tangannya, yang disambut April dengan menyatukan kepalan tangannya juga.
"Gue belum liat," jawab Rendi.
April melirik jam tangannya sekilas, "Gue yakin dia pasti datang," ujarnya sambil meletakkan sebatang rokok ke sudut bibirnya, lalu dengan sigap memantik korek api.
Rokok itu dihirupnya dalam, lalu ia menegadah dan menghembuskan asapnya ke atas, asap itu juga ia hembuskan melalui hidungnya. Malam semakin dingin, setidaknya sebatang rokok mampu menghangatkan tubuhnya untuk sementara.
Tidak berapa lama setelah itu, Bian datang dengan motor putihnya, ia berhenti tepat di depan April dengan motor merahnya.
April melirik sekilas jam tangannya, "12.30," ujarnya.
Bian masih diam sambil menatap tajam, lalu kemudian ia tersenyum sinis, "Jangan banyak bacot! Mau lo apa?" tanyanya to the point.
April tertawa sambil bertepuk tangan, "Gue suka yang to the point begini," ucapnya menatap Riyan dan Rendi yang ada di sisi kanannya.
"Putusin Tiaia," ujarnya kemudian.
Bian tampak tak terkejut sama sekali, "Kalau gue ngga mau gimana?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di luar jangkauan (END)
General Fiction⚠️[CERITA INI BELUM DIREVISI!] Perjuangan cinta gadis gengsian bernama Tiaia Rosaline, yang dipaksa ke luar dari zona nyaman oleh para sahabat gilanya demi mendapatkan cinta pria yang sudah lama ia kagumi ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan...