Chapter 42

406 93 0
                                    

Khiara menendang roda mobil bagian depan, "Kenapa lo pakek mogok sih!?" rutuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khiara menendang roda mobil bagian depan, "Kenapa lo pakek mogok sih!?" rutuknya.

"Lo yang ngga becus rental mobil!" teriak Neysa yang tengah duduk di pinggir jalan.

"Mana panas lagi! Perjalanan juga masih jauh," Keily ikut mengomel.

Khiara hanya diam sambil mencoba melihat mesin mobil, meskipun ia bisa sedikit masalah pertukangan, tapi urusan mesin tentu beda lagi ceritanya.

"Nyerah gue!" teriaknya sambil menghempaskan bokongnya duduk di sebelah Neysa.

Mereka semua sudah seperti onta yang tersesat di gurun sahara, kelelahan, kehausan dan kepanasan. Pasalnya mobil yang Khiara rental tadi pagi untuk membawa mereka ke Sabana Camp, tiba-tiba mogok bahkan belum setengah perjalanan.

Tidak mungkin juga mereka meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, yang ada mereka akan sampai tiga hari tujuh malam, sembilan purnama dan dua belas kali hari raya. Belum lagi bawaan mereka yang sangat banyak, ada ransel, tenda, karpet dan bahkan kompor juga mereka bawa. Belum lagi tambahan ember dan gayung yang dibawa Khiara, katanya buat jaga-jaga jika nanti kran airnya mati, tinggal bawa ember dan gayung ke danau. Bukannya terlihat seperti hendak pergi berkemah, mereka semua lebih seperti kena usir dari rumah.

"Terus gimana sekarang?" tanya Khiara sambil memasukkan kembali ponselnya ke saku celana gunungnya.

Ia baru saja menghubungi jasa penyewaan mobil dan mengatakan bahwa mobil yang mereka sewa tadi pagi mogok di jalan. Tapi jasa penyewaan itu bilang tidak bisa menjemputnya sekarang, dan berjanji akan mengembalikan uang sewa.

Sebenarnya bukan masalah uangnya, tapi mereka semua sekarang terlantung-lantung di pinggir jalan dengan barang bawaan yang tidak sedikit. Bagaimana mereka akan ke Sabana Camp kalau seperti ini? Mana lokasinya masih jauh dan hari juga sangat panas.

"Gimana kalau kita jalan dulu, siapa tahu ada yang berbaik hati mau nompangin," saran Neysa sambil melempar kerikil sembarangan.

"Terus semua barang-barang itu dikemanain? Sanggup emang lo bawanya sambil jalan?" tanya Keily menghela napas berat.

"Kita tinggal aja di mobil kalau gitu, nanti gue kabari pihak jasa penyewaannya, nitip barang-barang kita," ujar Khiara.

Semuanya setuju dan bangkit dari duduk mereka, meninggalkan mobil beserta barang-barang mereka dan berjalan perlahan dengan tas ransel di punggung masing-masing.

"Eh, itu Hendrik bukan!?" teriak Keily yang melihat mobil pickup Hendrik baru saja melewati mereka.

"Iya! Itu Hendrik!" teriak Neysa.

"Kejar!" teriak Khiara sambil berlari.

"Hendrik! Hendrik!" teriak mereka sambil terus mengejar mobil pickup Hendrik, yang untung jalannya cukup lambat.

Hendrik yang di dalam mobil sambil menghidupkan musik dangdut, sama sekali tidak mendengarkan teriakan yang menyerukan namanya itu. Ia masih asik berjoget dan sesekali mengikuti lirik lagu judi oleh Roma irama itu.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang