Chapter 25

507 100 9
                                    

Lapangan bola kaki kampus sekarang sudah disulap bak pasar malam, begitu ramai dan terang, di sisi kiri dan kanannya berdiri berbagai stan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lapangan bola kaki kampus sekarang sudah disulap bak pasar malam, begitu ramai dan terang, di sisi kiri dan kanannya berdiri berbagai stan. Ada stan pameran album-album musik, stan pameran alat-alat musik, ada stan foto box, stan pameran foto dan lukisan musisi dunia, stan yang menjual pakaian dengan motif musik dan juga ada stan yang menjual novel, dan ada beberapa stan makanan.

Sepertinya club musik tidak main-main mempersiapkannya, dibagian ujung lapangan ada panggung lengkap dengan peralatan band serta microphone dan stand-nya.

"Wow, rame banget!" teriak Tiaia takjub, matanya menatap lampu warna warni yang menggantung di bagian atas lapangan bola itu.

"Gue ngga nyangka kalau bakal serame ini," ujar Khiara mengiyakan.

"Kok gue ngga ngeliat Bian yah?" tanya Tiaia sambil celingak celinguk menemukan laki-laki itu.

"Ntar juga keliatan, mending kita keliling dulu yuk," saran Neysa sambil menarik tangan Tiaia dan membawanya ke stan yang kelihatan menarik, Khiara dan Keily mengikuti dari belakang.

Mereka berjalan dalam kerumunan, dan mampir ke stan yang menurut mereka menarik.

Keily sejak tadi mengincar stan makanan, dan Neysa tengah melihat-lihat album musik, Khiara berkunjung ke stan pakaian, sedangkan Tiaia memutuskan untuk mampir ke stan foto dan lukisan musisi dunia, mereka semua sudah berpencar ke stan yang mereka inginkan.

Mata Tiaia meneliti satu demi satu lukisan yang terpajang di dinding stan, matanya berbinar, mulutnya menganga terpukau, sayangnya lukisan dan foto di stan ini hanya untuk di pamerkan tidak untuk di jual.

"Cantik yah," ujar seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri di sebelah Tiaia.

"Hmm," jawab Tiaia tanpa menoleh.

"Maksud gue bukan lukisannya tapi lo," ujar laki-laki itu lagi.

Perkataan laki-laki itu berhasil menarik atensi Tiaia dan membuat gadis itu menoleh.

"April!?" teriak Tiaia saat mendapati laki-laki menyebalkan itu tengah berdiri sambil tersenyum manis di sampingnya.

"Lo cantik banget malam ini, tahu aja kalau mau ketemu gue," goda April sambil tersenyum.

Tiaia menghela napas kasar, "Siapa juga yang mau ketemu lo," ujarnya.

"Ngga usah malu, ngaku aja."

"Terserah."

"Lo sendiri aja?

"Sekarang sih lagi berdua sama kang gombal."

April terkekeh, "Gimana kalau kang gombalnya nemenin lo?"

"Males."

"Kenapa males?"

"Cari aja yang mau lo liat sana," ujar Tiaia sambil berjalan menjauh untuk melihat lukisan yang lain.

Di luar jangkauan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang