Suasana studio musik sangat ramai, semua orang tengah sibuk latihan menyanyi dengan beragam alat musik yang mereka bawa. Antrian berjejer di sepanjang koridor, sedangkan dari dalam ruang audisi samar terdengar suara kontestan yang sedang audisi.
Tiaia tengah meringkuk di sisi teman-temannya dengan raut pucat dan badan menggigil, bukan demam biasa, sepertinya ia tengah demam panggung. Di saat para kontestan lain sibuk berlatih vokal dan memainkan alat musik mereka, Tiaia malah komat kamit seperti dukun membacakan mantra.
"Aia! Mending lo coba berlatih deh, dari pada kayak kucing mau ngelahirin gini," ujar Khiara menggeleng.
"Mana sempat, gue keburu mules," ujar Tiaia dengan kening yang mengeluarkan keringat.
Neysa tertawa, "Tujuan orang-orang ikut organisasi kampus kayaknya bukan menyalurkan minat yah, lebih ke menyalurkan kebucinan," ujarnya sambil menatap miris pada semua orang di koridor itu.
Keily ikut tertawa, "Bener banget Ney, UKM bukan lagi unit kegiatan mahasiswa, tapi unit kebucinan mahasiswa," gadis itu kemudian terkekeh.
"Kalian bisa diam ngga sih!? Ini gue lagi sakit perut kalian malah ngelawak," Tiaia berujar kesal.
"Keluarin applikasi game gitar lo Aia, belajar lagi gih," suruh Neysa.
Tiaia yang tengah dilanda kegugupan itu menurut saja dan mengeluarkan ponselnya, lalu dia mulai mengenjreng layar ponselnya asal.
"Nomor urut 120 atas nama Meisa silahkan masuk," ujar seorang perempuan dari ambang pintu studio musik.
"Eh, itu bukannya saingan lo Aia!?" tanya Neysa sambil menunjuk Meisa yang tengah berjalan menuju pintu studio musik.
"Dia adek April, yang waktu itu lo ceritain kan Aia?" tanya Khiara mencoba mengingat.
Tiaia mengangguk sambil mendengkus pelan, "Dia suka ke gebetan gue, abangnya suka ke gue."
Semuanya terkekeh melihat ekspresi lesu Tiaia.
"Kita liat dia yuk," ajak Keily.
"Yuk, gue juga penasaran. Kali aja dia daftar juga karena Bian," ujar Neysa.
Lantas mereka semua pergi ke arah pintu ruang audisi, dan beruntung pintu itu tidak tertutup rapat, hingga mereka bisa mengintip dari cela pintu.
Dari dalam studio, terlihat Meisa berdiri menghadap dua juri yang salah satunya adalah Bian. Bian hanya menunduk tidak berminat sama sekali dengan apa yang ada di depannya.
"Silahkan perkenalkan diri," ujar Ridho yang duduk di sebelah Bian.
Meisa lantas memperkenalkan dirinya dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, matanya sesekali melirik ke arah Bian, namun laki-laki itu masih betah dalam posisi menunduknya.
"Silahkan mulai," kata Bian dingin.
Meisa kemudian duduk di kursi yang telah disediakan dan mengeluarkan gitarnya lalu mulai bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di luar jangkauan (END)
General Fiction⚠️[CERITA INI BELUM DIREVISI!] Perjuangan cinta gadis gengsian bernama Tiaia Rosaline, yang dipaksa ke luar dari zona nyaman oleh para sahabat gilanya demi mendapatkan cinta pria yang sudah lama ia kagumi ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan...