16 - peaceful times

3K 412 127
                                    

"Ryuna, tadi Mama Papa harus ke kamar kakakmu buat nemenin dia. Ryuna uda gak apa-apa kan sekarang, Nak?" Mama akhirnya muncul setelah semalaman membiarkan Ryuna, putri bungsunya bersembunyi ketakutan di balik selimut seorang diri.

"T-tapi Ryuna takut, Ma...." cicitnya dengan suara tangisan yang tertahan.

"Ryuna ngalah ya sama Kakak? Kakak gak bisa ditinggal sendiri soalnya. Gak apa ya, Nak?" penjelasan Papa yang seharusnya menenangkan Ryuna waktu itu justru menjadi awal kekecewaan Ryuna. Padahal beliau sendiri waktu itu belum tiba di rumah.

Kekecewaan yang terus dipendam bahkan hingga detik ini.

"Gak apa ya, Ryu? Mungkin Robert suka banget sama kamu jadi sampai segitunya," dan sampai hari ini, Papa dan Mama masih sama saja. Selalu meminta Ryuna untuk memahami apa mau mereka.

Sebulan berlalu sejak pertemuan gagal waktu itu. Mama Papa anehnya hanya menegur dan tidak memarahi Ryuna saat ia kembali. Ryuna pikir semuanya sudah selesai dan tak dilanjutkan, tapi ia salah berharap. Nyatanya, di tengah suasana makan malam keluarga kecilnya, sang Mama mengungkit kembali perihal perjodohan Ryuna dengan Robert yang ternyata masih akan dilanjutkan.

"Ma, Ryuna gak mau. Ryuna takut sama Robert, Ma..." Denise waktu itu menyarankan Ryuna untuk lebih terbuka mengenai ketakutannya kepada kedua orang tuanya, dan inilah yang sedang Ryuna lakukan sekarang.

"Lebai kamu, Nak. Anak muda kan sekarang emang sering begitu," sama seperti waktu itu, sanggahan dari Papa bukannya menenangkan justru semakin memupuk rasa kecewa dalam hati Ryuna.

Dua sosok yang seharusnya bisa menjadi tempat teraman untuk Ryuna berlindung justru bebal. Mereka tak mendengar maupun memahami perasaan Ryuna.

Oh ayolah, kalau memang perjodohan dengan Robert adalah hal yang sepele, mana mungkin Ryuna sampai melarikan diri sebulan yang lalu?

Kenapa Mama dan Papa tidak paham juga?

"Pokoknya, aku gak mau lanjutin perjodohan ini! Mama Papa paham gak sih? Ryuna kemarin sampai kabur karena Ryuna setakut itu!" suara Ryuna bergetar saat menyuarakan kekesalannya. Kenapa? Kenapa mereka tidak paham?

Ryuna harus mengadu pada siapa lagi jika Papa dan Mama-nya sendiri meremehkan keseriusannya seperti ini?

"Ryuna! Bicarakan pelan-pelan! Papa sama Mama sudah cukup menanggung malu di pertemuan lalu! Jangan bersikap seperti anak-anak!" bentakan Papa disertai gebrakan pada meja makan cukup menyentak Ryuna.

Bicarakan pelan-pelan? Tadi jelas-jelas Ryuna sudah sebisa mungkin merincikan apa-apa saja yang pernah Robert coba lakukan untuk menganggu ketenangan Ryuna dengan sehalus mungkin dan lihat?

"Ryu, mamanya Robert itu temen deket Mama. Mama kenal baik sama beliau dan Mama percaya, Robert itu dididik dengan baik sama mamanya," Mama berusaha memberi pengertian.

Ryuna mendengkus, sepertinya memang percuma ya?

"Mama bahkan gak kenal sama putri Mama sendiri..." decih Ryuna sarat akan rasa kecewa.

"RYUNA! JAGA OMONGAN KAMU!"

Ryuna tidak menggubris bentakan Papa, ia memutuskan untuk berlari ke kamar dan mendekam disana. Setidaknya, di kamarnya sendiri Ryuna bisa merasa lebih aman.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang