9 - breakdown

4K 438 239
                                    

D-DAY

.

.

.

.

.

.

.

Seharian di penthouse, yang Darren saksikan hanya Leo dengan beberapa temannya yang sibuk mengatur ruangan di lantai dasar dan halaman mereka menjadi tempat pesta. Ya, malam ini house party yang sudah banyak dibicarakan itu akan dilaksanakan.

Leo sudah mengundang DJ, menyewa bartender, dan semua hal yang diperlukan untuk kemeriahan party ala anak muda Jakarta. Leo nampaknya memang serius mau menjadikan penthouse ini menjadi kelab malam dadakan.

Darren hanya berharap nanti malam ia tetap bisa tidur dengan dentuman suara musik dari lantai dasar. Kalau tidak, mungkin menginap di rumah Jemin bisa menjadi opsi.

Tapi Darren terlalu sibuk untuk memusingkan perihal pesta Leo.

Sudah pukul enam malam, Darren mematut dirinya di depan cermin. Melihat kembali penampilannya, memastikan ia sudah tampak rapi dengan atasan turtle neck hitam serta blazer simplenya.

"Uda Kak, uda ganteng!" celetuk Leo yang ternyata sedari tadi memandangi Darren dari ambang pintu kamar Darren.

"Berisik lo, Le! Ngapain kemari? Urusin sono party lo," sahut Darren mengetusi Leo yang baru saja meledeknya.

Ya beginilah persaudaraan Darren dan Leo, saling ledek sudah menjadi bahasa kasih mereka.

"Lo serius nanti gak mau join? Sesekali bego, Kak. Asik sumpah!" Leo mencoba mengajak Darren lagi.

"Enggak, makasih," tolak Darren.

"Ih, gak asik lo! You only live once, Kak! bahagiain dan bebasin diri lo dulu selagi bisa. Entar kalau uda tua, kagak bakalan balik ini masa-masa," begitu pepatah Leo padanya.

Darren hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Leo. Ini bukan pertama kalinya Leo mengajak Darren bersenang-senang. Bukannya apa, Leo selalu bilang kalau Darren itu harus lebih sedikit 'lepas' dan terbuka sebagai anak muda.

Padahal Darren bahagia kok sekarang tanpa harus melakukan kesenangan-kesenangan yang Leo tawarkan. Yang namanya bahagia bisa dalam bentuk apa saja, bukan?

"Halah, itu mah pembenaran diri lo aja kali. Yaudalah, gue cabut dulu," ucap Darren sudah beranjak dari posisinya sekaligus ingin mengakhiri perdebatan kurang pentingnya dengan sang adik.

"Oh, and inget! party yang bener! Jangan ada masalah dan jagain kamar gue biar tetap steril. Awas kalau sampe ada yang masuk kemari," peringat Darren menambahkan.

"Iya iya, gue kasih pembatas polisi depan pintu kamar lo dah habis ini," canda Leo.

"Mobil gue bawa ya," ucap Darren menepuk puncak kepala sang adik.

"Hati-hati Kak! Salam buat Tante," seru Leo mengantar keberangkatan Darren.

Leo turut senang untuk Darren. Meski bukan kakak kandung dan cukup bertolak belakang dalam pergaulan, tapi Leo sesungguhnya sangat menyayangi Darren.

•••

Jantung Darren berdetak seiring denting waktu yang berlalu detik demi detik. Sekarang pukul 18.47, masih ada 13 menit lagi sebelum memasuki pukul tujuh malam, yaitu waktu janjian untuk pertemuan dengan Mama hari ini.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang