Semua manusia pasti menginginkan hidup tenang, bebas dari masalah. Terlebih-lebih seorang Darren, Dia tidak akan berkomentar, ambil pusing, melakukan konfrontasi atau apapun yang dapat memperpanjang sebuah permasalahan.
Kalau memang harus mengalah bahkan ketika ia berada di posisi benar sekalipun, biarkanlah.Kalau ia dijahati orang, cukup jauhi, tak usah dibalas. Terlalu merepotkan.
Kalau kata Mama, ia ini adalah biang masalah, dan kini, seumur hidupnya Darren terus berusaha membuktikan bahwa ia bukanlah seperti apa yang Mama katakan.
Percayalah, sesederhana apapun itu kedengarannya, tapi bekas yang ditinggalkan tak akan semudah itu hilang. Begitu juga ucapan favorite Mama untuk Darren yang satu itu.
Namun, nyatanya tak semua masalah bisa selalu dihindari hanya dengan mengalah, atau dibiarkan menghilang dengan sendirinya. Darren pernah melalui itu semua, semahir apapun ia mencoba lari dari masalah, ada beberapa gesekan yang tak bisa ia hindari.
Salah satunya, kehadiran Laura di hadapannya dan Ryuna tadi.
Iya, Darren tahu Laura akan mengetahui ini cepat atau lambat. Tapi, tak secepat ini, bukan?
Iya, ia juga tahu kalau siap tidak siap, ia harus siap. Tapi sekali lagi, kenapa secepat ini?
Ia melihat dan mendengar semuanya, bodohnya ia terpaku. Membiarkan Ryuna menghadapi Laura dengan penuh kebingungan dan rasa panik seorang diri.
Semua terlalu tiba-tiba, dan Darren hanya dapat terdiam.
Ia harap ia dapat melakukan sesuatu, namun isi kepalanya kosong. Ia kebingungan, di situasi seperti ini, apa yang sebaiknya ia lakukan?Membela Ryuna?
Tak bisa. Rasa bersalah dan tatapan terluka Laura kala itu seolah membuat sekujur tubuh Darren kaku.
Tapi...
"Ren, s-say something! Do something! Lo gak ngejer Laura?"
Suara Ryuna menyentak Darren untuk kembali sadar. Ia memang tak seharusnya diam. Tapi, kalau diminta mengejar Laura lalu meninggalkan Ryuna sendirian? Maaf, itu sama sekali bukan hal yang akan ia kompromikan.
Untuk yang satu itu, Darren bisa begitu yakin dan mantap menolaknya.
Hanya saja, sikap Ryuna setelahnya membuat Darren berpikir bahwa ia telah mengambil keputusan yang salah.
Masa iya, Darren harus menyusul Laura dan meninggalkan Ryuna yang jelas-jelas sedang mengandung buah hatinya sendiri? Mau ia lihat dari segi manapun, itu bukanlah keputusan yang tepat.
Lalu, kenapa Ryuna justru melemparinya dengan tatapan sinis dan jadi agak menghindarinya setelah itu?
Darren rasa ia tidak pernah bisa benar-benar memahami perasaan perempuan.
"Jadi, Laura udah tau, Kak?" suara Leo yang sudah beberapa hari ini tak mengajaknya berbicara semenjak kepulangannya dari Surabaya menyentak Darren dari lamunan intropeksi dirinya di ruang tengah.
"Tau apaan?" agak canggung bagi Darren untuk kembali berbicara lagi dengan Leo.
"Soal lo sama Ryuna, video cekcok dua cewek lo udah nyebar di sosmed. Syukur-syukur komuk lo gak gitu jelas," tutur Leo menjelaskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
RomanceWARNING 21+ 🔞 Tentang Darren Gautama, mahasiswa biasa yang menjalankan hidupnya dengan biasa saja. Bagi Darren, dirinya hanyalah seorang figuran dalam panggung kehidupan. Tapi tak apa, selama semuanya berjalan lancar, ia tidak pernah berharap menja...