5 - she's back

3.7K 490 157
                                    

H-14

.

.

.

.

.

.

.

Dengan rambut tak berbentuk karena posisi selama tidur yang entah bagaimana, Darren turun dari kamarnya menuju dapur. Melewati ruang tengah, Darren bisa mendengar kebisingan. Ah, pasti Leo sedang mengajak teman-temannya mampir sore ini. Mengusik waktu tidur Darren saja.

"Ui, Kak Darren," sapa Leo diikuti ketiga temannya yang ikut bermain disana.

Darren hanya menanggapi sekilas dengan senyuman tipis sebelum kembali pada tujuan awalnya, yaitu mengambil minum di dispenser.

"Lo pada kok uda pada balik jam segini?" tanya Darren kini ikut duduk di sofa ruang tengah, tempat dimana Leo dan ketiga temannya kini sedang bermain billiard.

"Cuman kumpulin paper doang, Kak," sahut Leo sembari tetap menjaga konsentrasinya pada permainan Billiard.

Penthouse dimana Darren dan Leo tinggal memang bukan penthouse biasa. Terdiri dari dua lantai, di lantai atas tersedia tiga kamar yaitu kamar Darren, kamar Leo dan satu kamar tamu. Di lantai dasar, ada dapur, ruang makan dan ruang tengah yang luas. Dimana di ruang tengah ini juga dipenuhi dengan beberapa permainan hiburan semacam Xbox, PS4, meja pingpong, billiard, foosball dan dart machine. Tidak heran teman-teman Leo sering main ke tempat ini. Semuanya lengkap.

Darren juga sesekali memainkan salah satu permainan tersebut. Hanya saja memang dirinya dan Leo itu cukup berbeda. Darren lebih senang menghabiskan waktu di kamarnya sendiri dengan laptop dan speaker Bluetooth. Menikmati alunan lagu seorang diri sembari melukis atau sekedar membaca buku. Sangat membosankan dan terkesan menyia-nyiakan semua kesenangan yang sudah tersedia di ruang tengah penthouse ini.

"Le, lo jadi bikin party di mari? Ngundang siapa aja tar?" tanya salah satu teman Leo.

Darren yang tadi sibuk dengan ponselnya jadi ikut menoleh ke arah Leo. Party? Disini? Leo tak pernah membahas apa-apa dengannya.

"Party? House party disini?" Darren bertanya, meminta konfirmasi dari Leo. Dahi Darren sudah mengernyit, tak berusaha menutupi rasa tidak senangnya akan rencana Leo.

"I-iya, Kak. Cuman di lantai bawah aja kok ga bakalan sampe ke lantai atas terus ngusik kamar lo," sahut Leo sedikit terbata dengan cengiran kikuk tanpa dosa andalannya.

"Party macem apa? Mami uda ijinin emangnya?" tanya Darren lagi. Serius, Darren sebenarnya tidak peduli mau seheboh apa party yang Leo akan buat asalkan jangan sampai Mami mereka tidak mengetahui hal ini.

"Tenang, gue uda ngomong ke Mami and Mami  fine with it. Lo ga perlu khawatir," sahut Leo mantap.

Tetap saja Darren tak percaya.

"Gue telepon Mami dulu kalau gitu," ucap Darren lalu melenggang pergi ke kamar untuk menghubungi wanita yang sedari kecil sudah ia panggil Mami tersebut.

"Halo, Darren? Pas banget kamu hubungin Mami," suara wanita dari seberang sana menyambut gendang telinga Darren.

"Halo, Mi. Ini aku mau pastiin sesuatu. Si Leo beneran uda Mami kasih ijin buat ngadain party di penthouse?" tanya Darren langsung pada intinya.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang