48 - missing out

3.8K 347 138
                                    

"Bentar, lo siapa ya?"

"L-laura, Kak. Anggota group 7 yang Kakak pimpin pas kemarin ospek."

Diawali dengan perkenalan yang didasari motivasi lain, Laura justru berakhir jatuh pada kesederhanaan seorang Darren. Niatnya yang hanya ingin menjadikan Darren sebagai 'jembatan' untuknya mendekati Benjamin sudah berganti haluan.

"Kalau gak suka, yah gak usah dilakuin, 'kan bukan tanggung jawab lo gini."

"Perasaan itu kudu divalidasi, masa iya sama diri sendiri aja masih kudu ngelak dan bohong? Capek tau."

Banyak sekali kenyamanan yang tercipta di setiap kehadiran Darren. Rasanya ia tak perlu menjadi 'si super sempurna, Laura'. Dengan Darren, Laura sadar kalau bahkan sisi dalam dirinya yang selama ini ia berusaha tutupi ternyata tidaklah seburuk itu.

Bersama Darren, Laura hanyalah Laura, cewek manja yang tidak selalu bisa positive dan menebar senyuman ke sana sini.

"Laura, lo serius bakalan ke Point of View? Lo tau 'kan apa yang bakal ditanyain ke lo nanti?" Nako terlihat amat khawatir dengan keputusan Laura.

Channel Point of View yang barusan Nako sebutkan adalah sebuah Channel YouTube berisi Podcast Talkshow di mana yang diundang adalah para public figure yang sedang panas-panasnya diperbincangkan.

Memang perselisihan antara Laura dan Ryuna sudah cukup lama berlalu, namun letupan-letupan keributan tentang masalah tersebut masih dapat ia temui. Topik itu seakan tak pernah berhenti diperbincangkan karena dari pihak-pihak yang terlibat juga belum pernah sama sekali memberikan pernyataan dan penjelasan.

Well, memang bukan urusan khalayak untuk tau hal itu dan bukan kewajiban Laura maupun Darren dan Ryuna untuk menjelaskan permasalahan pribadi mereka.

Hanya saja...

"Nako, lo gak usah khawatir, gue tau pilihan gue," ungkap Laura.

"Ryuna gak boleh hidup tenang, semua orang harus liat serusak apa cewek itu dan bagaimana terlukanya diri gue," lanjut Laura dengan serius.

"But you know that it won't make him back, right?"

Pernyataan itu terasa pahit untuk Laura telan, dan sialnya ucapan Nako barusan memang benar.

"Ia sama Ryuna gak punya apa yang gue dan Darren bagi selama ini. Once dia keguguran-

"Laura, lo gak boleh ngomong jahat kayak gitu! Bayi mereka gak salah apa-apa buat dapet doa jahat dari lo!" peringat Nako keras akan pernyataan Laura yang cukup ekstrim.

"Gue juga gak salah apa-apa dan gue juga jadi korban. Gue juga butuh keadilan..."

Nako mendecak kesal, ia tau apapun yang akan ia nasehati hanya berakhir percuma. Laura sudah sebatu itu mempertahankan pendapatnya.

'Nat, lo harusnya gak kasih tau Laura, duh!' batin Nako yang semakin hari semakin menyadari bahwa Laura semakin tak tertolong.

'Gue akan kasih tau ke Laura kalau Ryuna yang pergi ke kamar Darren duluan. Gue yakin soalnya kalau doi jadi miserable begini karena ego-nya gak terima udah diselingkuhin sama cowo yang menurut gue yah ga seberapa levelnya sama dia.'

Harusnya Nako menghentikan inisiatif Natty. Bukannya membaik, sekarang Laura justru jadi benar-benar tak mau merelakan Darren.

'Sok ide banget sih lo, Nat! Laura sekarang bukannya jadi ikhlas, malah makin-makin!' gerutu Nako dalam hati.

•••

"Ryu, masih pada ngantri kok itu, gak usah buru-buru, jalannya pelan-pelan hey," Darren berusaha mengingatkan istrinya yang masih hamil muda itu. Ia baru akan memasuki trimester pertamanya. Memang terlihat tetap fit saja sih, tapi tetap saja Darren was-was.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang