19 - kronologi II

4.5K 422 118
                                    

WARNING - RESTRICTED AREA
ADULT ONLY
.

.

.

.

.

.

.

.

Di kamar gelap yang entah siapa pemiliknya ini Ryuna berada. Persetan dengan sopan santun, Ryuna sungguh sudah di ujung kepalang. Reaksi cairan sialan itu semakin menguasai tubuh Ryuna. Libidonya semakin naik, dan itu sama sekali bukan pertanda yang baik.

Serius, ini gila!

Pikirannya berusaha ia alihkan. Berharap bisa mengurangi efek yang kini sedang tubuhnya rasakan.

"Pikirin apapun yang bikin lo turn off, Ryu! Apapun!!" rutuk Ryuna pada dirinya sendiri. Ia masih berjalan mondar mandir di ruangan gelap tersebut sembari mengegeletukan giginya sendiri. Tidak beda jauh dengan seseorang yang sedang menahan air kecil.

Area di bawa sana sudah berkedut, menuntut untuk disentuh. Namun Ryuna tidak mau menyerah, ia harus menahannya!

Setidaknya ia bersyukur ia menemukan ruangan ini. Tidak ada orang di sini sehingga Ryuna bisa leluasa dari sentuhan-sentuhan tak perlu dari orang-orang di luar sana.

Percayalah, tubuh Ryuna sedang sangat amat sensitif. Disentuh sedikit saja, tubuhnya akan segera bereaksi.

Di tengah kekalutannya, suara langkah terdengar mendekat menuju ruangan di mana Ryuna berada. Awalnya samar-samar, namun semakin lama semakin jelas

Sampai akhirnya,

Cklek!

Pintu yang baru saja terbuka langsung dibanting dengan cukup keras oleh sosok yang baru saja masuk itu. Beruntung, Ryuna sudah lebih cepat menyembunyikan dirinya di balik selimut tebal yang ada di atas ranjang.

Iya, sebuah keputusan yang agak bodoh memang. Ryuna benar-benar merutuki dirinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Dari pada ketahuan?

Harapan Ryuna kini hanya satu, supaya orang yang baru masuk tersebut bisa segera pergi dan tidak menghampiri lokasi di mana Ryuna berada.

"GUE GAK MINTA DILAHIRIN, ANJING!" suara raungan sarat rasa putus asa terdengar oleh Ryuna. Astaga, sepertinya harapan Ryuna supaya orang itu bisa segera kembali ke luar tidak akan terjadi.

"KENAPA LAHIRIN GUE KE DUNIA KALAU CUMAN BUAT GUE MENDERITA GINI!? KENAPA TETEP PERTAHANIN GUE KALAU UJUNGNYA LO GAK PERNAH NGAREPIN KEBERADAAN GUE!?" lanjut orang tersebut lagi semakin melebur dalam emosi.

Jujur, Ryuna tidak peduli. Ia sudah terlalu pusing menahan gejolak yang tubuhnya rasakan. Posisinya serba salah. Ia harus bersembunyi di tengah kondisi libido yang semakin memuncak menuntut pelepasan.

Tanpa sadar, ia terus mengigiti bibirnya sendiri saking tegangnya. Sampai akhirnya, Ryuna memekik akibat rasa perih pada bibirnya tersebut.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang