44 - confrontation

2.5K 404 90
                                    

"Kenapa lo yang dateng?"

Tatapan sinis dan pertanyaan ketus barusan menyambut ketibaan sang tamu tak diundang.

"Laura, gue perlu ngomong sama lo," nada gentar berhasil Ryuna telan mentah-mentah dalam diri. Tak ada gemetar, meski dalam hati ia sudah tercabik rasa bersalah.

"Gue tanya, kenapa lo yang dateng? Gue mau ketemunya sama Darren."

Laura terlihat sedang menahan diri untuk tak terbawa emosi dan menampar wajah Ryuna, sosok terakhir yang ingin ia temui saat ini.

"Akun Darren yang lo chat lusa kemaren itu sekarang lagi gue pegang. Karena satu dua hal, gue harus pake hp Darren buat kontekan sama orang," jelas Ryuna memberi pengertian.

Semua akun jejaring sosial dan kedua ponselnya, baik yang pribadi maupun yang ia gunakan untuk keperluan endorsement dan perkontenan memang sedang sepenuhnya diambil alih Denise untuk sementara waktu. Predikat Ryuna sebagai 'Public Enemy' karena masalahnya dengan Laura benar-benar membuat banyak oknum mengulik dan mencarinya, tak memberi ruang privasi bagi Ryuna untuk bernafas, bahkan di perangkat pribadinya sendiri. Karena itu, Darren-pun memberi alih ponsel dan akun-nya pada Ryuna sehingga ia tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga dan orang-orang terdekat tanpa harus diusik dengan teror pesan dan panggilan dari nomor asing.

"Itu gak menjawab kenapa harus lo yang dateng ke sini. Lo sengaja kan? Lo–"

"Ini gak seperti yang lo pikirin, Laura. Please, kasih gue kesempatan buat jelasin situasinya ke lo."

"Gue tau, Ryu. Gue udah tau apa yang lo lakuin di party sepupunya Darren waktu itu, lo gak perlu repot-repot jelasin dan bohongin gue!"

"L-lo udah tau?"

"Of course, I know! Someone who was in the same party as you just told me that she remembered seeing you went up to Darren's room that night, you sly!"

"Yes, gue emang yang duluan ke atas, but I had my reason!"

"Shut up! Lo mau kasih alibi apa lagi? Tell me, lo sejak kapan ngincer Darren? Kenapa harus Darren? Dan kenapa harus gue yang lo khianatin?! Kenapa, Ryu!? We were a good friend! Gue salah apa sama lo?" sebisa mungkin, Laura menahan volume suara, mengingat keadaan restoran yang lenggang sore itu.

"I had my reason, Lau! Gue gak ngincer Darren ataupun punya keinginan buat nusuk lo dari belakang, gak sama sekali," Ryuna terdengar putus asa.

"Gue gak akan per–"

"Ada yang masukin obat ke minuman gue," ungkap Ryuna sebelum Laura kembali mencerca.

Debaran jantung Ryuna meningkat saat memorinya ditarik ke malam kejadian. Detik-detik penuh ketakutan saat mencoba bersembunyi dari Robert. Entah akan ada yang percaya apa tidak, tapi ingatan waktu itu cukup mengguncang Ryuna jika harus dibicarakan lagi.

Kaki Ryuna akhirnya menyerah dan membuatnya terduduk di kursi yang tersedia tanpa Laura mempersilahkannya.

"Jangan ngarang, gue gak duga lo serendahan ini."

"G-gue ketakutan, Lau. Tujuan gue cuma mau kabur dari orang yang udah ngasih gue obat itu. Gue cuma butuh tempat aman, gue sama sekali gak tau kalau yang gue masukin itu kamar cowo lo," tanpa peduli respon Laura barusan, Ryuna dengan susah payah menerangkan apa yang terjadi.

"Yes, it was a mistake. Gue berdua berada di tempat dan waktu yang salah. Gue dan Darren bahkan mutusin buat ngubur dan sama-sama lupain kejadian itu. Apalagi waktu itu dia cowo lo–"

"Bener kan dugaan gue, Darren bukan cowo yang kayak gitu," gumam Laura memotong penuturan Ryuna.

"Lau–"

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang