Waktu menunjukan pukul sebelas malam, ini sudah di penghujung hari tapi Darren masih mengendarai motornya menuju lokasi pemotretan terakhir Laura hari ini.
Obrolannya dengan Jemin tadi siang di kampus kembali terputar.
"Gue gak tau harus kasih alasan apa ke Laura. Gue sayang dia, kita berdua gak lagi berantem, even her parents treated me so well! Kayak, apa ini gak terlalu mendadak buat Laura?" keluh Darren memijit dahinya yang seharian pusing akan banyak hal.
"Jangan ditunda, serius. Akan lebih nyakitin Laura kalau tau dia dari orang lain atau tau pas lo sama Ryuna uda nikah nanti," sahut Jemin berusaha menyadarkan Darren yang mulai ragu.
Ironisnya, seharian ini Darren justru kabur. Ia tenggelamkan dirinya dengan banyak kesibukan. Semua tugas perkuliahan yang bisa dikumpulkan minggu depan, ia kerjakan sepanjang sore di kampus.
Benar-benar sebuah keajaiban, mahasiwa kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang seperti Darren mau melakukan hal tersebut. Mengerjakan tugas H-7 pengumpulan pulah, Darren harusnya bangga dengan dirinya bukan?
Ya, hanya saja Darren tau semua hal barusan hanyalah sekedar pelarian semata untuk menunda perpisahannya dengan Laura.
Entahlah, Darren tidak tau lagi apakah ia memang jadi begini karena tak mau menyakiti Laura atau hanya karena ia egois tidak mau melepas Laura lalu bertanggung jawab atas ucapannya pada Ryuna kemarin.
"Just tell her that you have to end your relationship, bilang aja lo dijodohin sama ortu lo. Itu bohong sih, tapi ya nyerempet dikitlah sama kenyataan yang ada," solusi yang Jaemin sempat tawarkan tadi terdengar amat cemerlang.
"Seenggaknya, alasan tadi lebih aman daripada lo kasih tau hal yang sebenernya terjadi, iyakan?"
Darren dengan berat hati harus menyetujui pernyataan Jemin barusan.
Dan, setelah seharian lamanya hati Darren bergelung dan kalut oleh perasaan amat bersalah, terlebih setelah tadi pagi ia sempat bertemu bahkan makan bersama kedua orang tua Laura, Darren akhirnya kembali memantapkan hati. Ia sayang Laura, maka ini adalah tindakan yang paling tepat untuk Laura.
Di sisi lain, Ryuna masih memandangi layar ponselnya. Lebih tepatnya, memandangi centang satu dari chat terakhir yang ia kirimkan ke Darren.
"Ren, belum balik lo?"
Sudah selarut ini tapi pemuda itu belum juga pulang. Ryuna paham sih kalau Darren tidak pumya kewajiban untuk mengabari Ryuna. Tapi setidaknya, Darren harusnya ada mengabari Leo, bukan?
"Eh iya, baru ngeh gue kalau Kak Darren belum balik. Kemana ya tuh, mau titip makan ah," tanggapan kelewat cuek Leo ketika Ryuna tanyai mengenai keberadaan Darren tadi cukup membuat Ryuna paham kalau Leo sama clueless-nya.
"Tsk, udah gede. Gak usah lo pikirin," gumam Ryuna mengingatkan dirinya. Toh, ia sendiri juga suka lupa waktu kalau main di luar. Harusnya ia bisa paham dan memaklumi Darren.
Bisa saja hari ini ia sedang bersenang-senang dengan Laura, bukan?
"Gue akan ngomong ke Laura besok," kata Darren kemarin malam pada Ryuna.
"Gue ikut ya, walau gimanapun gue tetap harus minta maaf juga ke dia," sahut Ryuna menawarkan diri.
"Jangan, biar gue aja. Di posisi ini, gue yang gagal jaga kepercayaannya dia, bukan lo ," respon Darren sebelum menghela nafas begitu berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
RomanceWARNING 21+ 🔞 Tentang Darren Gautama, mahasiswa biasa yang menjalankan hidupnya dengan biasa saja. Bagi Darren, dirinya hanyalah seorang figuran dalam panggung kehidupan. Tapi tak apa, selama semuanya berjalan lancar, ia tidak pernah berharap menja...