Kenangan Darren bersama Mama memang tidak banyak. Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali. Justru karena saking sedikitnya, Darren mengingat itu dengan cukup jelas.
Salah satu kenangan masa kecil Darren bersama Mama yang masih merekat adalah setiap kali ia mendapati Mama sedang menangis frustasi seorang diri di pojok ruangan nan gelap.
Persis seperti yang sedang Ryuna lakukan sekarang.
"Mama kenapa?" Darren kecil bertanya dengan nada polos. Oma dan Tantenya selalu menanyakan hal itu jika Darren atau salah seorang adik sepupunya menangis. Darren pikir, ia juga bisa melakukan hal yang sama pada Mama jika Mama menangis.
Sayangnya, bukan jawaban yang Darren terima. Mama justru menatapnya tajam. Dan setelah itu, Darren menjadi pelampiasan dari nestapa Mama tanpa benar-benar tahu apa kesalahan yang ia perbuat sehingga ia harus menerima semua pukulan Mama.
Semenjak itu, Darren memutuskan untuk diam setiap kali Mama menangis. Ia simpan sendiri keinginan hati untuk memeluk dan menenangkan Mama, karena ia tau bahwa kehadriannya tak akan membantu. Barangkali, justru memperburuk?
Sekarang, melihat Ryuna terisak di lantai dapur yang gelap seorang diri membuat Darren merasa de javu.
Dan sama seperti dulu, Darren memutuskan untuk tidak bertanya mengenai alasan dibalik tangisan Ryuna ataupun menghampiri Ryuna untuk ia tenangkan. Darren memilih untuk menemani Ryuna dari jarak aman tanpa sepengetahuannya. Mengamati dari balik tembok pembatas ruang tengah tempat Darren tidur malam ini dengan dapur.
Semakin ia beranjak dewasa, semakin Darren memahami posisi Mama kala itu. Begitu juga dengan situasi yang sedang Ryuna hadapi sekarang.
Terkadang kita memang perlu menangis tanpa harus diusik dan ditanyai.
Mungkin Mama juga begitu. Namun karena Darren mencarinya, Mama bahkan tak bisa memiliki waktu tenangnya seorang diri. Padahal bisa saja waktu itu Mama justru sedang kabur untuk lepas dari bayang-bayang Darren. Si anak yang tak pernah ia inginkan, yang hadir dan merusak semua yang sudah ia susun untuk masa depan.
Sedangkan Ryuna?
Darren tidak tahu pastinya kenapa Ryuna menangis tapi Darren yakin, ia ada andil atas tangisan Ryuna.
Ini bukan kali pertama Darren mendapati Ryuna sedang di titik terendahnya.
Teringat oleh Darren pembicaraan dengan Jemin di rooftop kampus saat pertama kali menceritakan tentang perihal dirinya dan Ryuna.
"Easy aja, Ren. I think it's not a big deal for someone like her. Pergaulan dia uda kemana-mana juga kali," ucap Jemin waktu menenangkan Darren kala itu.
"Gak, lo salah kalau mikir begitu. Kalau memang ini bukan big deal buat Ryuna, dia gak bakalan nangis waktu itu," tanggap Darren meluruskan kesalah pahaman Jemin pada Ryuna.
"Maksud lo?"
"It's also her first time and she regrets it. Dia gak seperti yang lo pikirin," ungkap Darren untuk kemudian menceritakan sekilas bagaimana ia mendengar isakan tangis Ryuna dari balik pintu di pagi itu. Sesungguhnya, Darren ingin menyimpan semua itu sendiri karena bagaimanapun juga hal itu adalah privasi Ryuna. Tapi ia rasa ia perlu meluruskan anggapan Jemin tentang Ryuna yang keliru.
"Gue rasa ia juga sama shocknya kayak gue, bedanya ia mutusin buat sembunyiin itu semua," simpul Darren.
"Then be like her, Ren. Turutin maunya dia buat lupain semuanya, " ucap Jemin dan sudah Darren lakukan. Darren sudah berusaha dan mulai bisa melupakan kejadian malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
RomanceWARNING 21+ 🔞 Tentang Darren Gautama, mahasiswa biasa yang menjalankan hidupnya dengan biasa saja. Bagi Darren, dirinya hanyalah seorang figuran dalam panggung kehidupan. Tapi tak apa, selama semuanya berjalan lancar, ia tidak pernah berharap menja...